Program ini diharapkan mampu menekan kesenjangan antara lulusan baru dengan tenaga kerja berpengalaman (recycle graduate) yang selama ini mendominasi pasar kerja.
Salah satu pengamat ketenagakerjaan, Trubus Rahardian, menyebut program tersebut dapat menjadi solusi bagi banyak lulusan baru yang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena belum memiliki pengalaman kerja.
"Program ini bagus dalam rangka memutuskan jarak antara fresh graduate dengan recycle graduate. Karena selama ini, perusahaan atau BUMN-BUMD lebih banyak mensyaratkan pengalaman kerja, sehingga lulusan baru sering kalah bersaing," katanya kepada Disway.
Menurutnya, dengan adanya program magang ini, para lulusan baru dapat mengenal lebih dalam dunia kerja dan memahami bidang yang sesuai dengan minat serta kompetensinya.
"Ini memberi ruang bagi fresh graduate untuk mengenal lapangan pekerjaan yang cocok bagi dirinya sesuai bakat dan minat," ucapnya.
Namun, ia menekankan pentingnya pengawasan ketat dan evaluasi rutin agar program berjalan efektif.
Pemerintah juga diharapkan aktif menindak perusahaan yang enggan bekerja sama dalam pelaksanaan program ini.
"Yang penting pemerintah melakukan pengawasan dan penindakan bagi perusahaan yang tidak mau bekerja sama. Karena banyak perusahaan ingin yang langsung bisa execute, bukan yang masih butuh bimbingan," jelasnya.
Insentif Perusahaan, Kasih Dong!
Selain itu, ia menilai perlu adanya jaminan apresiasi dan ketepatan penyaluran uang saku bagi peserta.
Saat ini peserta program disebut menerima Rp3,3 juta per bulan dari pemerintah. Ia berharap perusahaan juga turut memberikan tambahan insentif.
"Rp3,3 juta itu kan dari pemerintah. Idealnya perusahaan juga memberi apresiasi, misalnya uang saku tambahan Rp1 juta atau Rp2 juta," bebernya.
Program ini menargetkan 100.000 peserta, namun saat ini baru sekitar 20.000 peserta yang telah bergabung.
Ia mengingatkan agar pemerintah memastikan keberlanjutan program agar tidak kehilangan minat dari peserta yang berkualitas.
"Kalau tidak dikelola baik, nanti yang pintar-pintar malah enggan ikut karena merasa lebih baik langsung bekerja di perusahaan besar," tuturnya.
Ia menutup dengan harapan agar pemerintah memperkuat koordinasi dengan dunia industri agar pelaksanaan program ini tidak hanya sekadar seremonial, melainkan benar-benar memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia.
Transisi Mahasiswa Menuju "DUDI"
Dekan Fakultas Hukum dari Universitas Airlangga, Profesor Hadi Subhan, menilai bahwa program magang nasional bagi mahasiswa itu sangat bagus.