Bahwa kita telah menukar substansi dengan kemewahan, menukar proses dengan jalan pintas.
BACA JUGA:Cuma Kasih Kemenangan Dua Kali, Shin Tae-yong Akhirnya Dipecat Ulsan HD!
Dan hasilnya adalah sebuah kemunduran yang menyakitkan. Perjudian ini tidak akan terjadi tanpa restu dan janji-janji manis dari para petinggi.
Kita semua ingat bagaimana dulu salah satu anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga dengan penuh keyakinan menyebut Patrick Kluivert sebagai pelatih terbaik.
Sebuah narasi yang dibangun untuk meyakinkan publik bahwa keputusan ini adalah langkah maju.
Akan tetapi kini saat tim bermain bapuk dan tanpa arah, narasi itu menjadi bumerang yang memalukan.
BACA JUGA:Patrick Kluivert Bongkar Taktik GANAS, Pressing Tinggi ala Shin Tae-yong Siap Hajar Arab Saudi?
Hujan setinggi langit kini terdengar seperti lelucon pahit. Dan yang lebih menyakitkan, saat dimintai pertanggungjawaban, jawaban yang keluar bukanlah evaluasi atau pengakuan kesalahan, melainkan sebuah kalimat pasrah berserah kepada Tuhan.
Ini adalah cerminan dari sebuah masalah yang lebih dalam.
Sebuah mentalitas yang lebih mementingkan citra di awal, namun lari dari tanggung jawab di akhir.
Janji manis itu kini terasa basi dan publik dipaksa melihat bagaimana para pengambil keputusan seolah cuci tangan dari bencana yang mereka ciptakan sendiri.
Jika ada yang masih mencoba membela era Patrick Kluivert, maka biarkan angka yang berbicara karena statistik tidak pernah berbohong.
Perbandingan antara rekam jejak Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert di Kualifikasi Piala Dunia 2026 ini bagaikan langit dan bumi.
Di bawah Shin Tae-yong, kita melihat sebuah tim dengan pertahanan yang solid, semangat juang yang tak pernah padam, dan hasil-hasil yang melampaui ekspektasi.
Kemenangan dan hasil imbang melawan tim-tim raksasa adalah bukti nyata dari sebuah sistem yang sudah berjalan.