Erick thohir ingin memastikan proses seleksi dilakukan secara matang, sambil membuka komunikasi dengan berbagai pihak internasional.
“Saya lagi coba buka komunikasi ke banyak pihak. Jangan sampai persepsi publik yang negatif di masa lalu mempersulit kita mencari pelatih baru,” jelasnya.
BACA JUGA:Cara Lapor Bansos yang Salah Sasaran Lewat Aplikasi Cek Bansos
BACA JUGA:Mulai Krisis Striker? Man United Siapkan Langkah Gaet Ivan Toney dari Al-Ahli!
Erick mengakui bahwa mencari pelatih berkualitas bukan hal mudah, terutama karena peringkat FIFA Indonesia yang masih rendah.
“Sekarang ranking kita di 120-an. Cari pelatih untuk ranking segitu susah. Kalau dia tidak nganggur, pasti enggak mau. Waktu STY datang pun butuh waktu lama untuk diyakinkan,” ujar Erick.
Selain soal teknis, Erick juga menyoroti faktor non-teknis yang menjadi perhatian para pelatih luar negeri, seperti bullying dan ujaran kebencian di media sosial.
Ia menilai hal tersebut menjadi salah satu penyebab pelatih asing ragu melatih di Indonesia.
“Banyak pelatih yang syok. Anak Patrick Kluivert sampai dipanggil ‘Black Monkey’, bahkan istri-istri pelatih ikut diancam. Itu tidak manusiawi,” tegas Erick.
BACA JUGA:Persib Bandung Gendong Peringkat Liga Indonesia, Geser Kuwait di Ranking Asia
Ia mengaku sedang berupaya menenangkan situasi dan memulihkan citra sepak bola Indonesia di mata dunia.
Erick menegaskan bahwa federasi tidak akan tinggal diam menghadapi fenomena ini.
“Saya tidak takut dikritik atau dibully, tapi tolong lindungi pemain dan pelatih. Mereka ini aset bangsa. Kalau lingkungan kita tidak sehat, siapa yang mau datang?” katanya tegas.
Dalam kesempatan yang sama, Erick juga memastikan bahwa program naturalisasi pemain akan tetap berjalan, seiring dengan penguatan pembinaan usia muda.
“Pembinaan tetap harus jalan. Tapi kalau ada pemain berdarah Indonesia yang ingin memperkuat timnas, kenapa tidak? Lihat saja Maroko U-20, banyak pemain keturunan tapi berprestasi,” ujarnya.