9 Alasan Menag Nasaruddin Umar Nakhoda Ideal PBNU Mendatang

Rabu 19-11-2025,12:18 WIB
Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc. MA*

HAJATAN pergantian kepemimpinan di tubuh Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, sudah mampak di depan mata. Menjelang Muktamar ke-35 awal 2027 mendatang, muncul satu nama yang kuat menjadi ketua umum PBNU, yaitu Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Agama RI, muncul sebagai salah satu kandidat potensial yang paling layak. 

Meskipun masa jabatannya sebagai Menag relatif baru (21 Oktober 2025), namun rekam jejaknya dalam memajukan kehidupan beragama di Indonesia sudah terlihat jelas. Bebarapa yang perlu disebut adalah adanya harmonisasi antar umat beragama. Sebab salah satu fokus utama kepemimpinan Nasaruddin Umar adalah menciptakan dan memelihara perdamaian serta kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Pendekatan teosofi Islam yang toleran dan berwawasan luas menjadi landasan bagi upayanya ini.

Kemudian adanya apresiasi publik yang tinggi. Kita ingat, dalam 100 hari kerja pertamanya sebagai Menteri Agama, Nasaruddin Umar menerima apresiasi kinerja yang sangat baik dari berbagai lembaga survei, seperti Centre of Indonesia Strategic Actions (CISA) dan Litbang Kompas. Ia bahkan meraih citra positif tertinggi di antara menteri-menteri Kabinet Merah Putih, dengan lebih dari 95% responden memberikan nilai baik atau sangat baik terhadap kinerjanya.

BACA JUGA:Dua Figur Besar Layak Menjadi Rais Aam PBNU Periode Mendatang.

BACA JUGA:Mencari Kandidat Ketua Umum PBNU Selanjutnya

Indikasi lainnya adalah, upayanya untuk memajukan pendidikan keagamaan. Ia dinilai berhasil dalam mengimplementasikan program-program prioritas, termasuk memperkenalkan "kurikulum cinta" dalam pendidikan keagamaan, yang menginspirasi pembangunan pemerintahan yang bersih dari praktik KKN.

Di luar jabatan menterinya, Nasaruddin Umar juga dikenal sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal sejak tahun 2016, di mana ia menjadikan masjid tersebut sebagai pusat peradaban inklusif dan tempat berkumpulnya pemimpin lintas iman, serta program penguatan etika kerja dan pelayanan Publik. 

Sejak awal menjabat, ia bertekad untuk memperkuat etika kerja dan meningkatkan pelayanan publik di lingkungan Kementerian Agama. Dengan rekam jejak yang solid, intelektualitas yang diakui, dan pengalaman birokrasi tingkat tinggi, berikut adalah sembilan alasan tajam yang mendasari kelayakannya. Karena itu, Prot Dr. Nasaruddin Umar banyak yang menilai paling layak menjadi Ketua PBNU mendatang di Muktamar 35 mendatang, setidaknya ada sembilan alasan kuat.

Pertama, adanya pengalaman kepemimpinan birokrasi dan keagamaan. Sebagai Menteri Agama, Nasaruddin Umar memiliki pemahaman mendalam tentang lanskap keagamaan di Indonesia, termasuk tantangan pluralisme dan moderasi beragama. Pengalamannya memimpin kementerian besar memberinya kapasitas manajerial yang dibutuhkan untuk organisasi sebesar NU.

Kedua, adanya jaringan Internasional dan diplomasi global.l Nasaruddin Umar dikenal memiliki jaringan luas di kancah internasional. Ia telah meluncurkan berbagai forum akademik dan inisiatif diplomasi perdamaian, termasuk di isu-isu global seperti konflik Gaza. Jaringan ini krusial untuk membawa NU ke panggung global, memperkuat peran "Islam Nusantara" sebagai model moderasi dunia.

Ketiga, adanya rekam jejak intelektual dan akademis. Sebagai seorang Guru Besar dan mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, latar belakang akademisnya tak diragukan lagi. "NU membutuhkan pemimpin dengan visi intelektual yang kuat untuk menjawab tantangan zaman," ungkap sebuah pandangan umum di kalangan akademisi, dan Nasaruddin Umar merepresentasikan sosok tersebut.

Keempat, adanya pengarusutamaan moderasi beragama. Nasaruddin Umar adalah inisiator dan pendukung utama program moderasi beragama di Indonesia. Sikap ini selaras dengan prinsip tawassut (moderat) yang diusung NU. Visinya tentang Islam yang inklusif dan toleran sangat dibutuhkan untuk menangkal radikalisme.

Kelima, sebagai figur pemersatu (troubleshooter). Dalam berbagai kesempatan, Nasaruddin Umar menyerukan persatuan dan ketenangan di tengah perbedaan. Apalagi secara geografi ia berasal dari suku non Jawa yang selama ini dikesankan NU Centris. Jadi berpeluang secara pelan menghapus sekat-sekat ini. Selain itu, kemampuannya meredam tensi politik dan keagamaan menjadikannya figur pemersatu yang dibutuhkan untuk menjaga soliditas internal NU yang majemuk.

Keenam, kedekatan dengan pesantren dan ulama. Meskipun berlatar belakang akademisi dan birokrat, ia tetap memiliki akar kuat di tradisi pesantren. Kunjungan dan silaturahmi yang intensif dengan para kiai dan habib menunjukkan penghargaannya terhadap struktur dan tradisi NU.

Ketujuh, punya visi Pembangunan Peradaban. NU didirikan dengan cita-cita membangun peradaban Islam yang humanis. Melalui peran kementerian dan inisiatifnya, Nasaruddin Umar secara konsisten mendorong agar lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan UIN, tidak hanya mencetak ahli agama, tetapi juga ilmuwan yang berintegritas.

Kategori :