Electricity Connect 2025, Pemerintah Komitmen Bangun Ekosistem Kelistrikan Berbasis EBT

Kamis 20-11-2025,20:29 WIB
Reporter : Rafi Adhi Pratama
Editor : Khomsurijal W

JAKARTA, DISWAY.ID – Pemerintah kembali menegaskan komitmennya mempercepat pengembangan ekosistem ketenagalistrikan berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Penegasan ini disampaikan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Dadan Kusdiana, dalam gelaran Electricity Connect 2025 di Jakarta.

Dadan menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki peta jalan menuju target net zero emission 2060 atau lebih cepat, sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional.

BACA JUGA:Ada Diskon 50 Persen! Ini Tarif Listrik PLN Terbaru per kWh November-Desember 2025, Pelanggan Wajib Tahu

“Ada beberapa kebijakan strategis dalam PP 40/2025. Yang paling utama adalah memaksimalkan potensi energi baru terbarukan. Kami menargetkan 19–23% bauran energi nasional pada tahun 2030 berasal dari EBT,” ujarnya.

Penurunan Fossil Fuel dan Komitmen Internasional

Agenda transisi energi juga sejalan dengan dokumen Second Nationally Determined Contribution (Second NDC) yang akan menjadi pembahasan Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim Dunia COP30 di Brasil.

Dalam dokumen tersebut, pemerintah menargetkan penurunan penggunaan energi fosil dari 34% pada 2019 menjadi 29% pada 2024.

“Angka ini menunjukkan bahwa transisi kita menuju energi bersih membuahkan hasil yang baik,” kata Dadan.

BACA JUGA:Prabowo Targetkan 66 RS Baru Berstandar Canggih

Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar, menambahkan bahwa pemerintah telah menyiapkan peta transisi energi bersih di subsektor ketenagalistrikan melalui RUKN dan RUPTL PLN 2025–2034.

Dalam dokumen itu, pemerintah merencanakan pembangunan 120 GW pembangkit listrik hingga 2034, di mana 79% merupakan pembangkit EBT.

“Penambahan kapasitas ini akan didukung pembangunan Super Grid dan sistem penyimpanan energi untuk menjaga fleksibilitas serta keandalan sistem nasional,” ujarnya.

Pembangunan Super Grid akan menghubungkan sistem tenaga listrik antardaerah dan antarpulau, dengan target sebagai berikut:

  • Sumatra–Jawa: 2029
  • Sumatra–Bintan–Batam: 2031
  • Bali–Lombok–Sumbawa: 2035
  • Kalimantan–Jawa: 2040
  • Sumbawa–Flores dan Kalimantan–Sulawesi: 2041
  • Sumbawa–Sulawesi: 2045

“Super Grid menjadi kunci transisi energi menuju net zero emission 2060. Ini akan mengatasi mismatch antara lokasi sumber EBT dan pusat permintaan listrik,” jelas Wanhar.

Kategori :