‘Rapor Merah’ Kerusakan Hutan RI di Mata Media Asing dan Influencer AS Pemicu Banjir Sumatera

Senin 15-12-2025,18:58 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

BACA JUGA:Menkeu Purbaya Ungkap Banjir di Sumatera Tak Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Siklon Senyar terbentuk di Selat Malaka, sebuah wilayah yang menurut badan meteorologi nasional, badai semacam itu merupakan “fenomena yang sangat jarang terjadi”, sebelum kemudian menumpahkan hujan deras dalam jumlah besar di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

Para ahli meteorologi mengatakan bahwa interaksi dua siklon kemungkinan menghasilkan curah hujan yang memecahkan rekor di beberapa bagian pulau tersebut.

Para ilmuwan bersikap hati-hati untuk mengaitkan satu badai tertentu secara langsung dengan perubahan iklim.

Namun, kini hanya sedikit yang berpendapat bahwa tragedi tersebut semata-mata merupakan peristiwa alam. 

BACA JUGA:Menkeu Purbaya Ungkap Banjir di Sumatera Tak Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Apa yang ditunjukkan oleh banjir Sumatra secara gamblang adalah bahwa sebagian besar wilayah pulau ini kini menghadapi risiko bencana yang bersifat sistemik, sebagai hasil dari 30 tahun alih fungsi lahan yang agresif dan pengelolaan tata guna lahan yang lemah.

Pemulihan hutan dan lahan gambut, penegakan rencana tata ruang, serta pembatasan konsesi yang merusak memang tidak akan membuat siklon langka menghilang. 

Namun, tanpa perubahan-perubahan tersebut, badai tidak biasa berikutnya kembali dapat berujung pada ribuan kematian yang sebenarnya dapat dicegah, kota-kota yang terendam, dan apa yang oleh Pantau Gambut disebut sebagai “siklus bencana” yang tertanam langsung dalam bentang alam itu sendiri.

Mongabay tak hanya satu, Mulai dari laman Prancis, AFP, hingga media Amerika Serikat (AS), The New York Times.

BACA JUGA:Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Banjir Sumatera, Nasabah Sun Life Indonesia Terdampak Diberi Kemudahan Klaim

Laman AFP misalnya menulis bagaimana para pejabat RI berusaha menjangkau para penyintas banjir mematikan di wilayah terpencil dan terisolasi.

Namun banyak penyintas mengaku frustasi karena lambannya upaya penyelamatan.

Hal senada juga dimuat laman Eropa, DW. Media itu menyoroti sulitnya bantuan sampai ke penyintas banjir.

Sementara itu laman Amerika Serikat (AS), The New York Times membuat artikel khusus soal bagaimana banjir kini menyisakan kayu-kayu gelondongan di daerah terdampak.

Kategori :