FLORES TIMUR, DISWAY.ID -- Bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur telah berlalu, namun jejak traumanya masih melekat, terutama bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Data menunjukkan bahwa pasca-erupsi besar yang terjadi di awal November 2024, aktivitas gunung api ini sempat meningkat hingga status Level IV (Awas), menyebabkan ribuan warga mengungsi, dan memaksa pemerintah daerah menetapkan status Tanggap Darurat.
Bahkan hingga saat ini, sejumlah laporan menunjukkan aktivitas vulkanik masih perlu diwaspadai, dan dampaknya mencakup kerusakan rumah, gangguan jalur logistik, hingga penutupan bandara akibat abu vulkanik.
BACA JUGA:Kronologi Rumah dan Toko Aksesoris di Penjaringan Kebakaran, 5 Orang Tewas di Lokasi
BACA JUGA:BSU Kemenag 2025 untuk Guru Madrasah Non ASN Kapan Cair? Cek Bocorannya di Sini
Di tengah upaya pemulihan pasca bencana yang masih berjalan, Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) hadir membawa secercah harapan melalui bantuan hunian sementara bernama Bale Nyaman (Baleman).
Baleman tahap pertama bagi 10 KK ini baru saja tuntas didirikan dan telah mereka huni selama sepekan di Desa Konga, Titehena, Flores Timur, sebagai wujud amanah dari donatur Markets4You.
Baleman didirikan secara khusus untuk para penyintas yang-karena satu dan lain hal-tidak terdata dalam skema bantuan perumahan sementara.
Mereka adalah keluarga terdampak yang mungkin tercatat di KTP wilayah lain, namun sesungguhnya berdomisili dan terdampak langsung di zona bahaya (KRB).
Total 20 KK direncanakan mendapat Baleman, dan 10 unit telah rampung dibangun di tahap awal ini.
BACA JUGA:Program Studi Desain Produk Universitas Esa Unggul Raih Akreditasi Unggul dari BAN-PT
Salah satu penerima manfaat adalah Joy dan Yun. Sebelumnya, mereka tinggal di kontrakan di Desa Boru yang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB).
Ketika erupsi terjadi, mereka kehilangan tempat tinggal dan anak-anak terpaksa mengungsi di rumah neneknya.
“Kami sempat menumpang di rumah kerabat di Larantuka selama hampir setahun,” cerita Joy. Konsekuensinya, perjalanan dari tempat tinggal ke tempat aktivitas sehari-hari menjadi sangat jauh dan memakan waktu.