BACA JUGA:Nataru 2025/2026, AHY Klaim Penerbangan Tepat Waktu di Bandara Soetta Capai 90 Persen
BACA JUGA:Sempat Melarikan Diri dari OTT, Jaksa Kejari HSU Akhirnya Ditahan KPK
Jika sebelumnya daya tahan finansial hanya berkisar satu hingga dua minggu, kini banyak di antara mereka yang mampu bertahan hingga satu sampai dua bulan.
Perubahan ini lahir dari kebiasaan baru dalam mengatur pendapatan, memprioritaskan kebutuhan, dan menyisihkan dana secara lebih terencana.
Upaya penguatan tersebut juga didukung melalui Program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU).
Melalui pelatihan literasi keuangan, literasi usaha dan literasi digital, para ibu diperkenalkan pada pencatatan usaha sederhana, penyesuaian produk dengan tren pasar, hingga pemanfaatan kanal digital sebagai sarana pemasaran.
BACA JUGA:IDAI: Ada 13 Kasus Stunting pada Balita Korban Banjir, Paling Tinggi di Aceh
BACA JUGA:Biasa Hura-hura, Onad Kini Harus Natalan di Penjara, Permintaannya ke Sang Istri Bikin Nyesek!
Bagi sebagian dari mereka, proses ini menjadi pengalaman pertama dalam memahami usaha secara lebih terstruktur.
Sekretaris Perusahaan PNM, Dodot Patria Ary, menyampaikan bahwa, “Kami hadir untuk melayani dan mendampingi ibu-ibu dalam menjalani usahanya. Pendampingan ini kami bangun agar para ibu tidak berjalan sendiri, punya ruang untuk belajar, dan percaya diri dalam mengambil keputusan usaha,” ujar Dodot.
Ia menambahkan, pemberdayaan yang dijalankan PNM bertujuan membantu ibu-ibu prasejahtera untuk tumbuh.
Dalam semangat Hari Ibu, pendekatan ini menjadi wujud apresiasi atas setiap langkah yang dijalani para ibu yang memberi arti besar bagi keluarga.
Setiap usaha yang dirintis, setiap proses belajar yang dijalani, adalah bagian dari perjuangan yang layak untuk ditemani.
Melalui pendampingan yang berkelanjutan, para ibu diberi ruang untuk tumbuh, percaya diri, dan melangkah lebih kuat dalam peran yang mereka jalani setiap hari.