Jalan Memutar

Jalan Memutar

BANYAK yang belum tahu sisi lain kehebatan plasma Konvalesen: bisa menimbulkan imunitas untuk orang yang belum terkena Covid-19.

Benarkah begitu?

"Benar," ujar Dr dr Theresia Monica Rahardjo, orang pertama di Indonesia yang menerapkan terapi plasma Konvalesen untuk pasien Covid-19. (baca Disway 25 Maret: Konvalesen Monica).

Monica memang ahli anestesi. Tapi dia juga ahli konsultan ICU. "Cuci plasma itu makanan saya sehari-hari," ujar Monica. "Saya itu mendalami virus, DNA, RNA dan seterusnya," ujar Monica. "Tesis S-2 saya di ITB soal genetika dan biologi molecular," tambahnyi.

Tapi Monica tidak mau diajak bicara soal penumbuhan imunitas lewat Konvalesen. "Lagi sensitif," kata Monica.

Tentu dia juga tidak mau saya ajak bicara soal sel dendritik. Yang lagi ramai dipro-kontrakan. Seperti yang akan dilakukan lewat Vaksin Nusantara.

Dia tidak mau bicara soal itu. Dia ingin konsentrasi dulu di terapi plasma Konvalesen (TPK). Agar benar-benar sukses dan Indonesia tercatat dalam prestasi dunia di bidang konvalesen.

"Saya tidak menyangka akhirnya terapi plasma Konvalesen diterima secara luas," kata Monica.

Monica ingat awal-awal saat memperkenalkan Konvalesen: penentangnya begitu banyak –dari kalangan dokter sendiri. Tapi Monica tidak mau mengingat-ingat itu lagi. "Terlalu menyakitkan," katanyi. "Yang penting Konvalesen sekarang sudah diterima secara luas," tambahnyi.

Proses ''menyakitkan'' itulah yang kini lagi dialami tim Vaksin Nusantara. Izin uji coba fase 2-nya tetap belum keluar –sampai sekarang. Kabarnya BPOM bahkan minta uji coba itu diulang lagi. Bukan saja mulai dari fase pertama, pun harus dari tahap sebelum fase pertama.

Kenapa Konvalesen diizinkan? Itu karena Vaksin Nusantara menyebut dirinya ''vaksin''. Sedang Konvalesen menyebut dirinya ''terapi plasma Konvalesen''.

Jadi, semua itu ternyata benar-benar hanya menyangkut definisi vaksin. Bukan lagi soal bisa atau tidaknya menumbuhkan imunitas. Bahwa Konvalesen maupun dendritik bisa menumbuhkan imunitas tidak ada yang membantah. Hanya saja tidak boleh disebut vaksin.

Ahli virus seperti Prof Dr Choirul Anwar Nidom sangat mendukung Vaksin Nusantara. Bahkan Prof Nidom menilai lewat proses Vaksin Nusantara lebih bagus daripada lewat Konvalesen.

"Prinsipnya sih mirip. Sama-sama memberi atau menginduksi antibodi dari luar," ujar Prof Nidom, penemu vaksin Flu Burung itu. "Perbedaannya, konvalesen bisa menimbulkan ketidakcocokan protein," ujar guru besar Universitas Airlangga Surabaya itu.

Perbedaan lainnya, kata Prof Nidom, penumbuhan imunitas lewat pemberian konvalesen harus berulang. Itu karena titer yang bisa turun. "Tapi lewat dendritik tidak harus berulang," ujar Prof Nidom. "Itu karena dendritik bisa menurunkannya pada progeni dendritiknya," katanya.

Dari sinilah kelihatannya muncul istilah yang pernah ramai dibahas: Vaksin Nusantara itu untuk seumur hidup.

Berarti, ternyata, yang penting, ada cara selain vaksin untuk menumbuhkan imunitas. Bisa vaksin, bisa Konvalesen, bisa juga dendritik seperti yang dipakai oleh Vaksin Nusantara.

Maka, sebagai bukan ahlinya, saya hanya bisa bertanya: mengapa hanya cara vaksinasi yang diperbolehkan.

Terapi Plasma Konvalesen akhirnya memang diizinkan. Pun di Amerika. Dasar pemberian izin itu adalah bukti kenyataan.

Bukti kenyataan itu –dalam kasus Konvalesen– didapat melalui perjuangan dokter Monica. Tapi itu hanya bisa dilakukan lewat apa yang disebut perjuangan otonomi pasien.

Artinya, pasien punya otonomi untuk memilih: mau disembuhkan dengan cara apa. Untungnya banyak pasien Covid yang minta disembuhkan lewat terapi plasma Konvalesen. Dan ternyata terbukti: berkat TPK itu benar-benar muncul imunitas di tubuh pasien.

Apakah berarti Vaksin Nusantara juga harus menempuh jalur memutar yang sudah dilakukan terapi plasma Konvalesen?

Entahlah. Seandainya iya pun. Saya akan jadi relawan untuk mencari orang yang mau secara otonom menjalani ''terapi vaksin nusantara'' –kata vaksin di situ sebagai merek, bukan sebagai vaksin.

Misalkan cara itu yang akan ditempuh. Lalu terbukti. Kian banyak yang mau menjalaninya. Lalu akhirnya diizinkan. Maka bangsa ini memang harus selalu lewat jalan memutar –dan karena itu sering kalah cepat. (Dahlan Iskan)

Apakah untuk mewujudkan mobil listrik nasional juga perlu jalan memutar? Kita dengarkan saja kata Ricky Elson bagaimana baiknya:

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 157

  • Motivator Kuncoro Y.
    Motivator Kuncoro Y.
  • suratpengantar.com
    suratpengantar.com
  • Zendy
    Zendy
  • totok wib
    totok wib
  • warga NU biasa
    warga NU biasa
    • Sadam
      Sadam
  • Putu
    Putu
  • harmoko
    harmoko
  • Ahmad
    Ahmad
  • Bla bla
    Bla bla
    • oi
      oi
  • mario
    mario
    • Zendy
      Zendy
  • Zee2
    Zee2
  • Lili
    Lili
  • Pembaca
    Pembaca
  • Iti
    Iti
  • max
    max
  • Amiri
    Amiri
  • Irwan rahman
    Irwan rahman
  • Bajul
    Bajul
  • Aziz
    Aziz
  • Winajus
    Winajus
  • Aan
    Aan
  • Tjeng Fu Ming
    Tjeng Fu Ming
  • BPOM???
    BPOM???
  • Tjeng Fu Ming
    Tjeng Fu Ming
    • minji
      minji
  • Tjeng Fu Ming
    Tjeng Fu Ming
  • Joko
    Joko
    • Pino & Kio
      Pino & Kio
  • Tarjo
    Tarjo
  • Imin
    Imin
  • Ibul
    Ibul
  • Telo
    Telo
  • Sari
    Sari
    • prakarsa
      prakarsa
  • Idiam
    Idiam
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • yusman
    yusman
  • Babaravi
    Babaravi
  • Habibie
    Habibie
  • Rofiq
    Rofiq
  • Bejo
    Bejo
  • Inow
    Inow
  • VakNus khusus
    VakNus khusus
  • Toyib
    Toyib
    • donwori
      donwori
  • Lealy nur awaly
    Lealy nur awaly
  • Wong Haus Info
    Wong Haus Info
  • Kabinet Cinta
    Kabinet Cinta
  • Menghindari TEMBOK
    Menghindari TEMBOK
  • Denwib
    Denwib
    • donwori
      donwori
  • Relawan vaknus
    Relawan vaknus
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
    • Ivan Paul
      Ivan Paul
  • Morden Kings
    Morden Kings
    • Maurice Silvy
      Maurice Silvy
    • Kim Hyung Soon
      Kim Hyung Soon
    • donwori
      donwori
  • Ernesto
    Ernesto
    • Antono
      Antono
  • Alexs
    Alexs
  • Aryo mBediun
    Aryo mBediun
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • Adi
    Adi
    • I WAN
      I WAN
    • donwori
      donwori
  • lukman
    lukman
  • jimmy
    jimmy
  • Roy
    Roy
  • Sapapua
    Sapapua
  • Gihi
    Gihi
  • Erick
    Erick
  • Agung Indra Lesmana
    Agung Indra Lesmana
  • Wongkere
    Wongkere
  • nursholih
    nursholih
  • Fauzan
    Fauzan
  • etri
    etri
    • melow
      melow
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • Nurkolis
    Nurkolis
  • AnalisAsalAsalan
    AnalisAsalAsalan
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
    • Mister
      Mister
  • Wong kerasukan dolar
    Wong kerasukan dolar
  • Nariyo
    Nariyo
  • Mas Tunk
    Mas Tunk
  • Eko Banyuwangi
    Eko Banyuwangi
  • Temma
    Temma
  • WW
    WW
  • Putra
    Putra
  • angel
    angel
  • Mandela
    Mandela
    • Mandela
      Mandela
    • Lia
      Lia
    • jimmy
      jimmy
    • Joko
      Joko
  • Suharno
    Suharno
  • Wong Ndeso
    Wong Ndeso
  • unlekyip
    unlekyip
    • Eko Banyuwangi
      Eko Banyuwangi
  • Bundo
    Bundo
    • Lia
      Lia
  • Angga
    Angga
  • Bella Ciao
    Bella Ciao
    • Sugi
      Sugi
    • jimmy
      jimmy
    • Nilai 6 dokter
      Nilai 6 dokter
  • Didin
    Didin
    • Lia
      Lia
  • Koesoema
    Koesoema
  • arif
    arif
  • Mujib
    Mujib
  • Legeg
    Legeg
    • Wong nganggur
      Wong nganggur
  • dodot
    dodot
  • Mikhailo
    Mikhailo
    • Pâijô
      Pâijô
    • Otole
      Otole
    • Pengamat
      Pengamat
    • Bludug
      Bludug
  • Darfito Pado
    Darfito Pado
    • Dendritik
      Dendritik
    • Mesothelioma
      Mesothelioma