OK Sulit Ok

OK Sulit Ok

Ia kaya raya. Luar biasa. Anda mungkin pernah mengisi bensin kendaraan Anda dari minyak miliknya di Singapura. Lewat Pertamina.

Anda tentu tidak pernah mendoakan agar ia celaka. Ia sendirilah yang mencelakakan dirinya. Di umurnya yang kini sudah 79 tahun. Yang dulu naik Rolls-Royce dan kini harus pakai kursi roda.

Bulan lalu tuduhan kepadanya ditambah lagi dengan 105 tuduhan baru. Penggelapan, penipuan, pemalsuan, dan segala macam perkara sejenis itu. Total, ditambah tuduhan tahun lalu, ia harus menghadapi 130 tuduhan di pengadilan.

Entah berapa tahun hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya. Kalau semua hukuman itu kelak dijumlahkan. Pun kalau ia akan dihukum.

Nama orang superkaya itu, rasanya, Anda sudah tahu: OK Lim. Aslinya: Lim Oon Kuin. Ia punya dua orang anak: Mr Evan Lim Chee Meng dan Mrs Lim Huey Ching.

OK Lim punya tandon minyak mentah terbesar di Asia: Hin Leong Trading Pte Ltd. Tangki-tangki raksasanya bisa memuat minyak dari dua tankers paling besar di dunia. Letaknya di sebuah pulau di jari-jari Singapura.

OK Lim memang salah satu pedagang minyak terbesar di Asia. Pendapatan setahunnya pernah mencapai Rp 450 triliun.

Media di Singapura menyebutkan OK Lim memang suka judi. Termasuk judi dalam bentuk spekulasi. Di perdagangan minyak. Harga naik diperjudikan. Harga turun diperjudikan. Ia memang suka spekulasi. Mengandalkan ketajaman intuisi bisnisnya.

Perjudian terbesarnya terjadi tahun lalu. Ketika Wuhan dalam penderitaan besar: dihantam wabah Covid-19. Sampai harga minyak mentah dunia, waktu itu, turun. Drastis. Tinggal USD 50/barel. Dari dua bulan sebelumnya yang masih USD 70.

Tempulu harga begitu rendah OK Lim memutuskan untuk memborong minyak mentah. Tanpa hedging. Ia begitu yakin apa yang terjadi di Wuhan segera teratasi. Harga minyak pun segera naik lagi.

Ia juga percaya benar kemampuan pemerintah Tiongkok. Dalam memadamkan wabah di Wuhan itu. Bahkan ia percaya wabah itu tidak akan meluas ke mana-mana.

Meleset. Salah besar.

Ups, tidak sepenuhnya salah. Bahwa Wuhan cepat teratasi, ia benar. Bahwa pemerintah Tiongkok berhasil memadamkannya, ia benar.

Selebihnya ia salah besar.

Covid-19 merajalela ke seluruh dunia. Pun sampai sekarang.

Harga minyak mentah terus mengalami kemerosotan. Tajam sekali.

Setiap kali harga minyak mentah itu turun, setiap itu juga nilai minyak yang ditimbun OK Lim turun. Padahal timbunan minyak itu menjadi jaminan untuk kredit bank. Ia mampu melakukan penimbunan dengan uang dari bank. Ia memang harus membayar bunga bank, tapi tidak akan ada artinya kalau harga minyak naik lagi.

Tapi harga minyak terus turun.

Setiap kali harga itu turun, nilai jaminan banknya menjadi tidak cukup lagi. OK Lim harus menambah jaminan. Turun lagi. Tambah jaminan lagi.

Padahal harga minyak masih turun terus. Dari 50 ke 45. Ke 40. Ke 35. Ke 30. Ke 25. OK Lim pun panik. Beberapa waktu kemudian masih turun lagi menjadi USD 20/barel.

OK Lim tidak kuat lagi. Ia mulai berpikir memainkan angka-angka. Ia panggil direktur keuangan perusahaannya. Ia minta sang direktur membuat pembukuan sesuai yang ia inginkan.

"Kalau ada risikonya saya yang bertanggung jawab," ujar OK Lim kepada bawahannya itu, seperti dilaporkan di media Singapura. Sang bawahan minta agar perintah itu tidak hanya lisan. Itulah yang kemudian jadi bukti bahwa semua yang dilakukannya atas perintah pemilik perusahaan.

Misalnya, agar perusahaan membuat buku yang tidak senyatanya. Yang mestinya rugi dibuat tetap berlaba. Labanya dibuat besar, USD 800 juta. Agar tetap bisa mendapat kepercayaan dari bank. Untuk terus menambah kredit.

Langkah besar lainnya: OK Lim menjual stok minyaknya. Dengan harga rugi. Untuk menutup cash flow yang terus memburuk.

Padahal stok itu dijaminkan ke bank. Yang setiap menjualnya harus melapor ke bank. Dan uangnya harus masuk bank.

Tapi OK Lim menjualnya diam-diam. Agar bisa menggunakan hasilnya untuk tutup sana-sini.

Ibarat perjudian beneran, agar OK Lim bisa terus memainkan kartunya. Tapi ia tidak kunjung punya kartu as. Dari waktu ke waktu, OK Lim terus mengalami kekalahan.

Lantas terbongkar. Sudah terlalu banyak kartu palsu yang ia mainkan. Ketahuan. Persoalannya bukan lagi di ranah hukum dagang. Tapi sudah ke ranah pidana. Singapura keras dalam hal ini. Tidak peduli siapa OK Lim. Yang bisnisnya pernah ikut membawa Singapura menjadi salah satu sentral perdagangan minyak dunia.

Awalnya begitu harum nama OK Lim di mata siapa saja. Termasuk di mata pemerintah Singapura. Kini nama itu begitu busuknya di mata perbankan dan di mata hukum.

Orang yang begitu kaya menjadi tidak bermakna. Orang yang begitu gagah langsung ke kursi roda.

Hartanya disita pengadilan. Di bawah pengelolaan independen. Perusahaannya dijalankan oleh profesional yang ditunjuk pengadilan. OK Lim sendiri tidak kuat. Ia membawa perusahaannya ke pengadilan: untuk di PKPN, dinyatakan bangkrut.

Rumah-rumahnya di Singapura dan di Australia dibekukan. Salah satunya sebuah rumah yang di Singapura disebut bungalow. Luasnya 3.000 m2. Hanya ada beberapa rumah seperti itu di sana. Yang kalau dijual hanya warga Singapura yang boleh membelinya.

Meski semua aset sudah dibekukan –senilai sekitar Rp 50 triliun– OK Lim tidak bisa terhindar dari penjara. Padahal total asetnya itu masih cukup untuk menutup ke semua kreditnya. Yakni ke 4 bank. Senilai sekitar Rp 50 triliun juga.

Asetnya yang paling berharga adalah kapal-kapal tankernya. OK Lim punya 130 buah kapal. Tapi OK Lim melakukan perbuatan pidana.

Kalau saja semua kesulitan itu murni akibat risiko bisnis, OK Lim masih bisa bernapas. Tapi urusan OK Lim sekarang ini sangat berbeda. Bahkan sisa umurnya pun tidak akan cukup untuk menjalani hukumannya.

Bisnis itu juga soal waktu. Yang mengalahkan perjudian OK Lim juga waktu. Ia tidak berhasil melewati waktu terburuknya. Padahal kalau saja semua itu terbongkar enam bulan kemudian ceritanya bisa lain. Harga minyak belakangan naik lagi. Bahkan bulan lalu sudah USD 79 barel. Sudah USD 20 di atas harga saat ia mulai menimbun.

Terlambat. OK Lim sudah telanjur jadi tersangka.

Harta dua anaknya juga dibekukan. Untuk hidupnya sehari-hari pengadilan menjatuhkan putusan bulan lalu: hanya boleh menghabiskan USD 10.000/minggu per orang. Sekitar Rp 120 juta/minggu/orang.

Yang dimaksud per orang adalah: OK Lim, istri, anak (dua orang), menantu (dua orang), dan cucu-cucu. Masing-masing boleh menghabiskan USD 10.000/minggu untuk keperluan hidup mereka.

Mereka juga masih boleh menggunakan uang untuk membayar pengacara –asal tarifnya harus wajar.

Sebenarnya masih ada satu keinginan OK Lim yang belum terpenuhi. Yakni membangun kilang BBM terbesar di Asia. Kapasitasnya 600.000 barel.

Lokasinya pun sudah ia pilih: di sebelah pusat penimbunan minyak mentahnya itu. Agar efisien.

Sejak tahun 2010, OK Lim berjuang mewujudkannya: belum berhasil. Dari empat kilang yang dimiliki empat perusahaan di sana, Singapura sudah memiliki kilang 1,4 juta barel. Kalau saja kilang milik OK Lim berhasil Singapura punya kapasitas kilang 2 juta barel.

OK Lim lahir di Kabupaten Putian, Fujian. Dulunya kabupaten ini amat miskin. Letaknya di antara kota Xiamen dan Fuzhou.

Ketika masih kecil ia ikut orang tua pindah ke Singapura. Waktu itu Singapura masih semiskin Indonesia.

Setelah remaja, OK Lim mengerjakan apa saja di Singapura. Terutama mengirim bahan bakar dalam jumlah kecil-kecil ke perahu-perahu yang ada di pantai Singapura.

Dari situ OK Lim berkembang menjadi raja minyak. Dan kini harus mengenang semua itu dari atas kursi rodanya.

Ia susah sekali. Tapi rasanya masih lebih susah yang terkena Covid, yang tidak mendapat kamar di rumah sakit, yang tidak bisa dapat obat dan kalau pun akhirnya didapat harganya mahal sekali. (Dahlan Iskan)

22 Mei 2020, Disway pernah menulis juga soal OK Lim dan kasus-kasusnya. Bagi yang belum sempat membaca bisa dibaca di sini: Utang Besar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 132

  • Aji M Yusuf
    Aji M Yusuf
  • Issoubel Yeoung
    Issoubel Yeoung
  • Harno
    Harno
  • Juan Firmansyah
    Juan Firmansyah
  • Mbah Sangkil
    Mbah Sangkil
  • gustra
    gustra
    • Dream
      Dream
  • ciyabi
    ciyabi
  • Petani makmur
    Petani makmur
    • Makmur wajarlah
      Makmur wajarlah
    • Qini
      Qini
  • Majid Alhamdiyyah
    Majid Alhamdiyyah
  • indomiegorengspesial
    indomiegorengspesial
  • Liam
    Liam
    • Komen
      Komen
    • Johan
      Johan
  • Indonesia Tersenyum
    Indonesia Tersenyum
  • kodo Kodo k
    kodo Kodo k
  • Kalila
    Kalila
  • Fajar
    Fajar
  • Rm suryo
    Rm suryo
    • Antonio
      Antonio
    • ynwa
      ynwa
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Bundu
    Bundu
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
  • Tarjo
    Tarjo
    • minji
      minji
  • Fansberat
    Fansberat
    • donwori
      donwori
  • Terang Sekali
    Terang Sekali
  • DiswayGL
    DiswayGL
  • Pecinta DI'sWay
    Pecinta DI'sWay
  • Whatever
    Whatever
    • Whatever
      Whatever
    • Liam
      Liam
    • Liam
      Liam
  • Hery
    Hery
  • Tanpa Hedging
    Tanpa Hedging
  • Bung Hari
    Bung Hari
  • Denik
    Denik
    • Sipin banjar
      Sipin banjar
  • Ilyas
    Ilyas
    • DiswayGL
      DiswayGL
  • olan
    olan
  • UAE,Rusia
    UAE,Rusia
    • Sam ungi
      Sam ungi
    • Sam ungi
      Sam ungi
  • temannya tya
    temannya tya
  • Tya
    Tya
    • Tyatai
      Tyatai
    • Eva Kwaci
      Eva Kwaci
    • Bram
      Bram
    • donwori
      donwori
    • Komen
      Komen
    • Alexs
      Alexs
  • Mita
    Mita
    • DiswayGL
      DiswayGL
    • diswoy lg
      diswoy lg
  • Lealy
    Lealy
  • Alfan syah
    Alfan syah
  • wiha
    wiha
  • Achmad
    Achmad
    • DiswayGL
      DiswayGL
  • Achmad
    Achmad
    • Cetek
      Cetek
    • Liam
      Liam
    • Wkwkkw
      Wkwkkw
    • 3 periode
      3 periode
    • Liam
      Liam
  • raimu longor
    raimu longor
  • Eva Kwaci
    Eva Kwaci
  • Anwar
    Anwar
  • Anwar
    Anwar
  • Bundo
    Bundo
  • Sim Kuring
    Sim Kuring
  • gareng
    gareng
    • Anwar
      Anwar
    • Ngibul
      Ngibul
  • Joko
    Joko
  • Daniel
    Daniel
  • Komen
    Komen
    • Astaga
      Astaga
  •  Indra Prabawa
    Indra Prabawa
  • Benady
    Benady
  • Gosokdgtangan
    Gosokdgtangan
    • Mboh
      Mboh
  • Agung
    Agung
  •  Arif
    Arif
  • Assto
    Assto
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Cakil
      Cakil
    • DiswayGL
      DiswayGL
  • Agung
    Agung
    • Mbah Sangkil
      Mbah Sangkil