Di Balik Keputusan Sang Kiai

Di Balik Keputusan Sang Kiai

Masyarakat Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya, tak asing dengan KH Zainal Musthafa. Iip D Yahya menulis biografi pahlawan nasional itu untuk mengubah pandangan. Ia menjelaskan kontroversi seputar langkah-langkah sang kiai dalam perang sipil era Jepang.

Tokoh KH Zainal Musthafa dikenal ketika ia memutuskan keluar dari NU. Itu terjadi beberapa hari sebelum peristiwa Sukamanah meletus. Dalam film Sang Kiai, tokoh tersebut dicitrakan seolah berbeda pendapat soal ijtihad dengan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari.

Terutama perihal menentukan sikap merespons kesewenang-wenangan pemerintah Jepang. Untuk memperbaiki anggapan keliru tentang KH Zainal Musthafa, Iip melakukan riset cukup lama untuk menulis buku biografi tentangnya.

”Buku itu saya tulis bermula ketika sahabat saya bernama Imam Mudofar menyampaikan wacana agar saya menulis tentang profil KH Zainal Musthafa. Melihat kisahnya yang menarik, saya setuju dan jadilah Ajengan Sukamanah,” katanya.

File pertama tentang KH Zainal Musthafa itu didapatkan Iip dari OPAC Perpusnas, pada 31 Mei 2019. Lantas dilanjutkan dengan riset online sepanjang April 2019. Setelah itu ia mulai menyusun rencana penelitian. Tokoh yang pertama kali dijumpainya adalah KH Atam Rustam, ketua Yayasan KH Zainal Musthafa (YKHZM).

Pertemuan itu menghasilkan MoU untuk meneliti tentang fakta-fakta sejarah seputar KH Zainal Musthafa. Setelah itu Iip pun mulai giat melakukan riset lapangan. ”Ternyata, data terkait beliau sangat melimpah. Itu bikin saya semangat,” ungkap pria 41 tahun itu tentang proses menulis bukunya.

Sedianya buku rilis pada 2020. Namun di tengah riset, pandemi Covid-19 menerjang. Iip terpaksa kembali melakukan riset online. Ia membuka-buka dokumen sejarah. Hingga menemukan data penting yang mengungkap kesaksian seseorang yang menjabat urusan kependudukan di departemen dalam negeri pada masa pemerintahan Jepang.

Bahkan Iip mendapatkan banyak soft file foto KH Zainal Musthafa dari Syakur Asyaori. Ia sahabat Iip yang juga cicit Mama Cilenga, seorang pengasuh Pesantren Azzakiyah, Bandung. Salah satu foto itu memuat pose pahlawan nasional tersebut dengan peci dan jas rapi.

”Berbeda dengan foto yang selama ini beredar. Saya dapat foto penampilan KH Zainal Musthafa dengan pakaian gamis. Sementara foto yang beredar itu ternyata berdasarkan rekonstruksi dari ingatan pihak keluarga serta para santri,” ungkapnya.

Pada 31 Desember 2020, didampingi Gus Ayik Al dan Kang Aip, kawannya, Iip mempresentasikan materi Ajengan Sukamanah di depan pihak keluarga sang tokoh. ”Alhamdulillah mereka menerima paparan saya. Setelah berbagai koreksi selesai, materi masuk ke percetakan,” terangnya.

 Kepuasaan Iip dengan buku Ajengan Sukamanah atau Kiai dari Sukamanah yang dirilis pada 23 Februari 2021 itu utamanya karena berhasil mengungkap banyak hal di balik tindakan KH Zainal Musthafa yang selama ini tak dipahami banyak orang. ”Termasuk yang utama ketika beliau menyatakan keluar dari NU,” ujarnya.

Menurutnya hal itu dilakukan KH Zainal Musthfa semata-mata untuk melindungi para guru dan kyai yang dihormatinya dari kezaliman Jepang. ”Tidak berkaitan dengan perbedaan ijtihad. Justru demi melindungi para kyai dan marwah NU,” ujarnya.

Sebab jika tak dilakukan, maka KH. Sjabandi, gurunya, dan kiai-kiai lainnya dalam kepengurusan NU Tasikmalaya akan terancam. Terlebih saat itu Jepang telah menahan rais akbar, KH Hasyim Asy’ari.

Jika Kiai Sukamanah mengibarkan perlawanan dengan panji-panji NU. Tentu Jepang akan bertindak lebih keras kepada siapa saja yang tergabung dalam organisasi Islam terbesar tersebut.

Dalam Ajengan Sukamanah terungkap juga fakta sejarah keterlibatan KH Zainal Musthafa dalam kepengurusan NU di Tasikmalaya. Ia-lah tokoh yang merasakan pahit getirnya perjuangan sejak era kolonial Belanda.

Sampai rela mendekam dari penjara ke penjara. ”Suka duka beliau berlanjut sampai era Jepang. Tak diragukan lagi peran vitalnya dalam memperjuangkan Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.

Maka melalui Ajengan Sukamanah, Iip membuka mata banyak orang. Terutama warga NU. Bahwa KH Zainal Musthafa adalah tokoh panutan serta teladan dalam perjuangan kemerdekaan. ”Ketokohan serta ke-NU-an beliau tak diragukan,” pungkasnya. (Guruh Dimas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 0