Stres Lois

Stres Lois

Dr Lois Owen Meninggal Dunia di Tarakan-iNews -YouTube Channel

SAYA juga sudah tahu: hari itu dokter Lois meninggal. Senin 6 Juni tengah hari. Sang suami lagi di Makassar. Selasa keesokan harinya, Hasan Aslam, sang suami, baru mendapat tiket ke Tarakan. Lewat Balikpapan.

Dokter Lois –yang terkenal karena tidak percaya Covid itu virus yang wajar– meninggal di Tarakan, Kalimantan Utara. Di rumah Sang ibu. Yang –yang ketika saya ke sana kapan itu– masih ada plang nama ''dr Lois'' di depannya. Pertanda dr Lois pernah buka praktik di rumah itu.

Anda juga sudah tahu: dokter Lois meninggal akibat kanker servik. Dia memang asli Tarakan. Orang tuanya asal Krayan, kecamatan di perbatasan segitiga Kaltara, Sabah, dan Serawak.

Sang ayah adalah kepala suku Dayak Lundai atau Lundu di Krayan. Suku itu juga ada di Sabah dan Serawak. Ada jalan darat dari Krayan ke Sabah, tapi tidak ada jalan darat ke Tarakan nun jauh.

Ketika sakit di Jakarta, dokter Lois memang selalu minta pulang ke Tarakan. Selalu pula menanyakan sang ibu. "Maka saya kabulkan permintaan itu karena kami percaya itu sebagai pertanda pamit," ujar Hasan.

Menurut Hasan, Lois sudah mengeluh sejak awal 2016. Jauh sebelum Covid. Perutnyi sakit. "Dia mengira itu pertanda hamil. Dia minta diantar ke dokter kandungan," ujar Hasan.

Dia memang ingin punya anak. Sudah sangat lama.

Malam itu Hasan mengantarkan Lois ke dokter. Setelah diperiksa dokter memberikan obat penguat kandungan. Hasan minta agar saya tidak menuliskan nama klinik dan dokternya.

Setelah minum obat Lois mengeluh tambah sakit. Kian malam kian berat. Menderita sekali. Sampai perutnyi ditempeli botol berisi air mendidih. Itu cara tradisional di daerahnyi. Juga di mana-mana. Cara itu pun tidak membuat reda. Menjelang Subuh, Hasan mengantar sang istri ke dokter kandungan yang lain. Yakni teman sejawat Lois.

"Begitu dilakukan USG terlihat perut Lois penuh darah," ujar Hasan menirukan keterangan dokter. Darah itu harus segera dikeluarkan. Satu liter. "Harus juga dioperasi. Sekarang. Kalau tidak Lois meninggal," kata Hasan masih menirukan keterangan dokter.

Lois pun mau dioperasi. Hasan menandatangani persetujuan suami. Operasi lancar. Lois sehat kembali. "Hanya saja, kalau berhubungan, selalu ada bercak darah," ujar Hasan.

Awalnya Hasan itu pasien dokter Lois. Keluhan utama Hasan: obesitas. Berat badan Hasan 95 kg. Umur, saat itu, 45 tahun. Tinggi badan 175 cm. Ia duda. Pengusaha properti di Makassar. Ia orang terkenal di Makassar. Ia keponakan pengusaha terkemuka Indonesia di zaman Bung Karno: Abdurrahman Aslam. Sang paman adalah lima naga Indonesia zaman itu. Yang mendapat izin monopoli banyak bidang. Kekayaannya lebih besar dari kelas keluarga Jusuf Kalla sekarang.

Dokter Lois biasa terbang ke mana-mana. Urusan kecantikan dan perawatan badan. Dia memang praktik di dua bidang itu. Di Jakarta.

Suatu saat Lois ke Makassar. Banyak pasiennya menunggu di Makassar. Hasan pun bikin janji untuk bertemu.

"Awalnya saya kira dokter Lois itu laki-laki," ujar Hasan. "Ketika dia datang disertai seorang laki-laki. Saya kira yang laki-laki itu yang bernama Lois," tambahnya.

Hasan pun diberi sejumlah obat. Ia ikuti semua yang diperintahkan Lois. "Berat badan saya turun tinggal 74 kg," ujar Hasan. "Dalam waktu tiga bulan," tambahnya.

Sampai-sampai banyak teman Hasan mengira ia lagi sakit. Pun ibunya. "Sampai Umi saya minta saya ke dokter," ujar Hasan.

Hasan sendiri merasa tetap sehat. Ia tantang teman-temannya main bulu tangkis. Ia gemar badminton. Teman-temannya pun percaya ia sehat. Hasan juga terus main golf. Tidak pernah ada keluhan dengan penurunan drastis berat badannya.

Awalnya Hasan tidak tahu status perkawinan Lois. Yang ia tahu: Lois tidak pernah bersama suami. "Belakangan saya tahu Lois sudah menjanda," kata Hasan. Itu sama sekali di luar dugaannya. Hasan tahu Lois itu Dayak. Berarti Kristen. Tidak mungkin janda. Di Kristen hampir tidak ada perceraian. Harus sehidup semati.

Setelah tahu itu, hubungan dokter-pasien pun berubah menjadi sahabat tapi mesra. Lois menjadi dokter cinta. Dalam dua tahun. Perhatian Lois ke Hasan melebihi perhatian seorang dokter pada pasien. "Dia selalu mengingatkan jadwal minum obat saya," ujar Hasan. Lois ternyata juga sudah lama bercerai.

Tahun 2014 mereka menikah –setelah dua tahun dalam status TTM. Keluarga Lois keberatan soal agama. Tapi Hasan berjanji akan memberi kebebasan pada sang istri. Kepada ayah Lois, Hasan berjanji akan mengayomi putrinya itu.

Ada juga masalah dengan ibunda Hasan. "Umi saya baru setuju kalau Lois masuk Islam," ujar Hasan. Maka ketika melangsungkan perkawinan Lois ikut suami. "Dia mandi wajib dulu. Lalu mengucapkan syahadat," ujar Hasan.

Sampailah Covid-19.

Lois, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Jakarta itu berada di barisan anti-Covid. Dia tidak pernah mau pakai masker. Dia selalu share video-video dari luar negeri yang berbeda arus dengan mainstream. Teman-teman dokter sesama lulusan UKI juga dia kirimi. Di luar negeri memang banyak juga yang bersikap seperti Lois.

Rupanya almamater Lois sangat malu. Pun alumni UKI. Terutama teman angkatannyi. Mereka sering berusaha menyadarkan Lois. Gagal. Nama Lois pun mereka anggap membuat almamater tercemar.

Anda pun sudah tahu: dokter Lois lantas dianggap menderita gangguan jiwa. ODGJ. Lois marah dengan penilaian itu. Hasan juga marah. "Saya kan suaminyi. Yang tahu dia setiap hari," ujar Hasan.

Rupanya anggapan "Lois menderita ODGJ" itu sangat serius. Suatu saat Hasan didatangi teman-teman Lois sesama dokter UKI. Para teman itu tidak mau bertemu Lois. Justru mau mereka bertemu Hasan. Tujuan mereka: agar Hasan bisa memaksa Lois untuk dibawa ke rumah sakit jiwa. Saat itu sudah dibawakan ambulans.

Hasan naik darah. Tapi masih ia tahan. Hasan bertanya: di rumah sakit nanti akan diapakan. Maka para teman itu menjelaskan. Lois akan diberi suntikan tertentu dan makan obat tertentu. Setelah mendengar nama-nama obat itu Hasan tidak bisa menahan amarah. "Kalian ini akan membuat istri saya menjadi benar-benar gila," ujar Hasan mengenang kejadian saat itu.

Hasan menilai istrinya baik-baik saja. Cerdas. "Kalian kan tahu teman kalian yang bernama Lois ini kan cerdas sekali. Kenapa kalian perlakukan begini," ujar Hasan pada mereka.

Teman-teman itu, kata Hasan, memang mengakui Lois cerdas. Juga sering mendebat dosen. Sering pula diminta mendampingi tamu-tamu asing, ahli dari luar negeri.

Di masa Covid, Lois punya teori penyembuhan sendiri. Banyak juga yang berobat padanyi. Hasan memberi contoh ingat ini: seorang jenderal minta tolong Lois. Ibunya sakit keras, kena Covid. Sang anak tidak ingin sang ibu dibawa ke rumah sakit. Dokter Lois diminta datang ke rumahnya di Lebak Bulus Jakarta. Bahkan diminta tinggal di rumah pasien tersebut. Agar pengobatannyi intensif.

Maka dokter Lois ke rumah itu. Tinggal di situ. Ditemani Hasan. Di kamar sebelah kamar pasien.

Lois pun memberikan pengobatan. Ini obat yang diberikan: norit 3x5 tablet, VCO 1 sendok makan, atau minyak zaitun asli 2 sendok makan. Lalu curcuma FCT 3x2 tablet, KSR600 2X1 dan NEUROBION FORTE 2X1 untuk pagi dan malam. Menjelang tidur ditambah Fluimucil 2 kapsul.

Tiga hari Lois tinggal di rumah itu bersama suami. Sang ibu semakin sehat. Dalam seminggu pulih.

"Sampai sekarang masih sehat?" tanya saya.

"Masih. Kami berhubungan baik dengan keluarga beliau," ujar Hasan.

Di rumah itu Lois minta agar seisi rumah untuk tidak pakai masker.

Lois pernah ingin memperjuangkan prinsipnyi itu ke berbagai instansi kesehatan.

Suatu hari Louis ingin menemui Jenderal Doni Monardo, penanggung jawab Covid kala itu. Lois datang ke kantor Doni yang dijaga ketat dengan protokol kesehatan paling baik. Lois datang tidak pakai masker. Petugas mengharuskan dia pakai masker.

Lois berdebat di situ. Akhirnya tidak bisa bertemu Doni Monardo. Dia pulang. Tetap tidak bermasker.

Anda pun masih ingat: dokter Lois akhirnya ditahan polisi. Lalu dilepaskan, setelah meminta maaf. Sejak itu nama Lois seperti lenyap dari peredaran.

Tiba-tiba Senin lalu Harian Disway memberitakan dokter Lois meninggal dunia. "Tekanan untuk Lois luar biasa. Dia down sekali," ujar Hasan. "Rasanya itu yang membuat dia kena kanker," tambahnya.

Sampai Selasa sore belum dimakamkan. Masih menunggu kedatangan Hasan. Juga menunggu kakak Lois yang di Jakarta. Hasan menyerahkan sepenuhnya pada keluarga Lois untuk urusan pemakaman. Pun kalau itu harus secara Kristen. Tentu kali ini dengan masker di seluruh tubuhnyi. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Low 100 Kilo 

tomosu

Sebenarnya gampang sih kalau mau membuat kalimantan lebih makmur, tidak perlu iri dengan sumbangan rp 200 milyar ke itb dkk: Cukup bikin aturan semua keuntungan baru bara, sawit dll diinvestasikan kembali ke bumi kalimantan. Mesin dan roda ekonomi akan bergulir dengan cepat, dan rakyat banyak akan menikmati. Tentu harus disiapkan lingkunganinvestasi yang matang. China melakukan seperti ini. Makanya mesin ekonomi nya bisa lari cepat. 

 

Jimmy Marta

Rasanya tdk cukup dengan kata luar biasa untuk datuk low ini. Warrbyasah.... Karena biasa di luar. Out of the box. Tidak tamat sma tp visioner. Mungkin otaknya encer ditambah dna yg tokcer. Efisiensi adalah kunci datuk low dalam mengelola usahanya. Walau pancingnya supermahal, tp jelas karena mau ikan super super. Sedikit sbg komparasi yg dibuat datuk ini dalam pembangunan jalan. Yg digambarkan abah lebar dan luas. Mungkin setara toll. Menurut pengusaha jalan toll Yusuf Hamka biaya pembuatan toll di indonesis per km Rp.500-700M . Yang dibikin datuk low untuk 100km biaya 5T. 50M per km. Habis 5T atau 8T tak seberapa untuk dapat ratusan T.... Kalkulasi khas bisnisman.... 

 

thamrindahlan

Sebelum melengkapi pantun Abah ada baiknya awak ber-opini sedikit. Selain gelar Datuk, sepantasnya Mr. Low Tuck Kwong mendapat Bintang Maha Putra dari Negara Republik Indonesia. Begitu besar jasanya menghidupkan Pulau Borneo , Mengembalikan kekayaan bumi untuk kesejahteraan rakyat untuk jangka panjang seperti membangun jalan lebar dan kuat serta rel kereta api. Selaiknya jalan 100 Km itu diberi nama Jalan Datuk Low Tuck Kwong . Melengkapi Pantun Tantangan Abah : Ikan Patin Ikan Jelawat Ikan pesut kejar kejaran Membaca rutin disway jangan kelewat Berita Yahut pasti menambah wawasan Salamsalaman 

 

dar_smd

cuma bisa bilang wow, Tuhan maha kaya, menyediakan batubara gratis untuk di keruk oleh orang berduit biar perut tambah buncit, sementara warga kaltim yang tidur di atas batubara masih banyak yang hanya bisa menjadi penonton, sialnya lagi beberapa waktu lalu di temukan fakta ada perusahaan perusahaan tambang menyalurkan dana CSRnya ke luar wilayah kaltim, relnya rusia tidak jadi kenapa, gosipnya anda pasti sudah tau, ada intervensi amerika 

 

edi hartono

Iklan yg setiap saat muncul ketika membaca artikel disway memang sangat menarik. Ada Cut Tari yg sedang bersiap di atas ranjang. Ada juga Maria Vania yg sedang nungging. Di bawahnya ada Maria Vania lagi, berpakaian ketat, duduk dengan paha terbuka. Luar biasa, merdeka, wkwkwk 

 

irud Zombie

LUAR BINASA, pak DIS. Menulis fakta yg mungkin hanya ada di Indonesia: 1 orang dpt menguasai lahan seluas itu, agresif mengeruk SDA yg tidak dapat diperbaharui. Utk dijual ke luar negri. Akan habis dalam waktu yg tak lama lagi. INI GILA. Negara yg waras kayak US tidak akan pernah ada yg seperti ini, dan tidak akan ada tokoh yg mau memuji hal seperti ini... Harusnya semua ini diatur, dikendalikan agar negara menjaga ketersediaan SDA masa depan. Pengusaha tdk ugal2an gitu menguras bumi demi kepentingan pribadi. Masalah bangun jalan / jembatan itu? Ah pak DIS berlebihan. Saya fokus ke kuantitas SDA yg dikeruknya. (Saya yakin pak DIS tidak akan tampilkan komentar ini. Tapi sudahlah. Kita sama2 paham) L.A.M, Malang Jatim 

 

Liam Then

Kalo orang Tionghoa menghiburnya pasti begini, anggap saja buang suwee...cuma logika mengatakan suwee kok mahal banget. Turut berduka cita bro. Harapan saya semoga bank ada sistem respon cepat, otomatis. Sekarang kan sudah jaman AI , teknologi informasi terintegrasi. Begitu ada laporan masuk terverifikasi betul, rekening pelaku korban segera dibekukan oleh system. Waktu uang hasil kejahatan di tarik tentu ada kamera cctv di atm, kantor cabang, bisa rekam wajah pelaku, sekalian data rekening yang digunakan pelaku. Hal susahnya ini butuh dorongan undang-undang perbankan yang memaksa semua bank di Indonesia terapkan satu sistem yang sama. Terkoneksi sehingga respon cepat. Kalo masalah uang hasil kejahatan, sudah pasti sebagian di buat dugem, sebagian buat DP expander buat di pake 3 bulan. Lah kok saya tahu? Jangan curiga kwkwkkwkwk . Orang seperti itu yang dapat duit setan ,habisnya juga tak begitu saja. Tak mungkin mereka habis menipu sumbang panti asuhan ,atau sumbang aspal pengerasan jalan gang. Saya turut berduka cita ,semoga bro JK dapat proyek cuan, balasan ditipu 295 jt. 

 

Johannes Kitono

Pagi ini saat membaca Low 100 kilo muncul lagi berita di Disway. Ada Pasutri asal Padang jadi korban Link phishing sebesar Rp.1 mily dan 114 jt. Saya sebagai korban penipuan sindikat sebesar Rp.245 juta ( 2 Juni 22 ) via BCA tentu ikut prihatin dan merasakan kesedihan pasutri ini. Dengan kejadian ini hrs siap mental dan yang penting utamakan jaga kesehatan. Mungkin uang tidak bisa kembali, kalau sistem handle Bank dan Polisi masih seperti begini. Sangat lambat dan terikat birokrasi. Saat perbankan dan Polisi baru mau respon. Pasti uang hasil kejahatan Perbankan ini sudah dibagi bagi dan mungkin buat kawin lagi. Perlu ada terobosan supaya kejahatan Perbankan tidak bertambah seperti Pinjol yang sudah capai 12 T. Tentu lembaga Bank dan OJK wajib memberi rasa aman kepada nasabah untuk melakukan transaksi. Perlu ada Lembaga/ Kantor Ditektip Swasta yang fokus investigasi kejahatan Perbankan bukan Perselingkuhan. Libatkan Aparat Penegak Hukum ( APH ) seperti PPATK dan Polisi. Begitu ada laporan resmi ke Halo BCA dan Bukti Lapor Polisi. Bisa langsung lacak dan ikuti aliran dana ke rek Bank para pelaku kejahatan tsb yang biasanya pakai identitas palsu. Investasi utk Lembaga/ Kantor Ditektip Swasta ini pasti sangat murah dibandingkan dengan akibat negatip yang telah ditimbulkannya. Juragan Disway yang mempunyai akses luar biasa mungkin membantu dan bisa memulainya. Atau dibiarkan saja supaya setiap hari tetap ada berita korban Link Phishing atau Pinjol di mass media.

 

ayu nuryani

Saya sebenernya paling senang kalo Abah ngebahas tentang orang2 kaya, konglomerat2..jadi saya bisa belajar gimana itu "akalnya orang kaya". Walaupun tetep kadang2 nyinyir, tapi sungguh saya kagum sm yg kaya raya itu para1% itu, mereka pantas sekaya itu, karena memang pintar sekali.. eka tjipta Wijaya, sekarang Datuk Low baru saya tau detailnya dari Abah disini Oh iya.. misal 60juta ton/tahun kalo dikali 20 tahun aja udah 1200juta ton, bener2 akal orang cerdas, pantesan dia kaya raya, sayang saya gabisa ngitung kalo pake harga yg 400 USD atau 100 atau , angka hasil di kalkulator hp saya, saya ga ngerti bacanya hahahha.. hebat! Makasih abah, sehat2 terus dan semoga lekas jadi itu jalur keretanya Bayan 

 

Akagami Shanks

Loe kheng hong juga mengajarkan analisa fundamental tapi dia sendiri sekali beli (5%), supaya bisa jual tipis-tipis. Lain waktu di markup lagi. Sangat mengispirasi memang ke 2 Low ini. Tidak cuma pintar. Jadi begini saja Dr Low, you bisnis kan cuma ngeruk alam. Skill cuma sekedar bisa ngeruk. Nothing more. Itupun pelakunya para karyawan. Coba alokasi (90%) dari total pendapatan pertahun selama 5 tahun ke apalah, yang bermanfaat ke warga kalimantan. Supaya beda level sedikit dengan pengeruk batu bara lain yang juga pernah jadi komut di perusahaan teknologi itu. Begitukan pak pry (wkwkwk) ?. Ini pak dis mau gantung orang apa gimana iya.

 

Anwarul Fajri

Beberapa hari cuma bisa ngiler aja baca serial tulisan abah tentang taipan yg tajir melintir. Nek aku wes kadung nesu iso tak dol kabeh pulau kalimantan sak isi isine..... Hahahaha....#sokkuasadanhalu 

 

irud Zombie

Jika 20 tahun lagi batubara habis, negara akan beli barang kemana ya?? Lha ini barang harusnya dijaga utk cadangan strategis nasional. Kyk negara2 besar bgtu. Tapi dasar msh banyak type indown kw mental nya puja puji konglo. Hidup pak DIS, hidup konglo 

 

petteng calemot

Banyak komen julid kalo bahas orang kaya. Apalagi yg tdk kuliah.. wkwk. Tapi jangan kecil hati, jangan silau dengan survivorship bias. Yg muncul di berita memang yg sukses saja, padahal secara rata-rata ya tdk spt itu. Banyak orang yg IQ sangat tinggi malah benci sekolah ketika muda. Belum lagi faktor keluarga, lingkungan, keberuntungan dll. Kalau saya justru bersyukur kita dpt orang spt datuk Low. Belum tentu pengusaha murni lokal punya kemampuan dan jaringan spt beliau. Dan perusahaannya Tbk. Semua kewajiban dijalankan. Kucing putih kucing hitam yg penting bisa nangkap tikus. Sama sajalah dengan pemain bola hasil naturalisasi. Malah kebalikannya dapat bayaran besar dari pajak kita. Dan nasibnya baik; gak ada yg julid haha

 

Pryadi Satriana

Abah itu "merasa" orang NU. Dari keluarga yg mengelola pondok pesantren. Tapi, waktu berkunjung ke pesantren Gus Mus, seingat saya nggak ada tuh foto ngobrol bareng Gus Mus. Jangan2 juga malah ndhak ketemu sama Gus Mus. Lha ini ketemu Datuk Low kok keliatan 'gayeng tenan'. Maklum, pebisnis ketemu pebisnis yg diomongin proyek, cuan, ROI, dsb. Gitu ya, Bah? Uang, uang, dan uang 

 

Kang Sabarikhlas

Wow!..pengunjung 'restoDisway' mbludak, rameee... Pun saya nimbrung melahap masakan 'menu kemarin', ternyata kayak 'jangan lodeh' yg banyak santan, semakin kemarin semakin gurih, apalagi ada sambel trasi buatan CakPry Satria'pedes' jadi nikmat kemringet. dan saya manggut² dengar suara Nella K nyanyi "Jangan Nget Ngetan" "...Hidup kudu dinikmati/jangan sampai kamu frustasi/opo maneh sampe stres diri/gara gara...catatan nget²an." anu..mungkin saya jadi korban yg simpati karna lama baca sejarah penjajahan kok lama..duh. Kalau Abah jadi jubir sungguh terbuka dan nyata. dan masyarakat suka yg mulai nyata daripada rencana yg lama. dan saya ndak tahu ini salah siapa, lha wong saya ndak tamat sma... saya maklumi Abah ndak ngajak saya main pantun tapi sebagai arek'wani' ya saya ladeni main pantun : Ikan patin ikan jelawat/Ikan pesut kejar kejaran/memang prihatin si ikan sepat/slalu merengut gk dpt pinjeman... duh...kapan ketemu datuk'maringi'...

 

Dahlan Batubara

Luar biasa pak Low. Kalah pemerintah. Di Mandailing, Sumut bahkan belum ada jalan baru yg dibuka sejak Indonesia diproklamirkan. Semua jalur jalan di Mandailing itu dibuka oleh kolonial Belanda. 

 

bitrik sulaiman

Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar_kejaran Lahir bathin tetap semangat Susut perut karena rajin senam dansa-dansaan.

 

thamrindahlan

Ikan patin ikan jelawat / Ikan persut kejar kejaran / Bukan Putin teman sejawat / Sosok Datuk LTK warga teladan / Salamsalaman 

 

Johan

Ada kepercayaan di sebagian kalangan orang Tionghoa. Darmabakti paling utama seorang dermawan adalah membangun jalan dan jembatan. Lebih penting dari membangun kelenteng sekali pun. Membangun jalan dan jembatan manfaatnya paling besar untuk masyarakat. Dipakai oleh semua kalangan tak peduli apapun status dan agamanya. Karma baik yang ditanam bisa terwariskan entah sampai berapa generasi. Apalagi ini membangun jalan sampai 100 KM, wah entah berapa besar karma baik yang akan di panen Datuk Low. Tapi yang jelas cuan nya juga tidak kalah besar karena jalan yang dibangunnya itu. Hhhh 

 

Abu Abu

Batik keraton batiknya solo/ Kayu lapuk dimakan rayap/ Andai saja sekaya Datuk Low/ Jalan-jalanan saya bikinkan atap. Biar pengendara motor tak kepanasan. Horang kaya mah bebas.

 

omami clan

Sebagai pekerja tambang kelas teri di sebuah perusahaan kontraktor kelas teri pula Saya pernah iseng bertanya pada bos saya ketika lewat jembatan layang Adaro di perbatasan Kalsel-Kalteng, kenapa kita tidak mengaspal jalan dari tambang menuju ke pelabuhan supaya bisa lebih kuat (minim perawatan) dan tidak perlu berhenti ketika hujan serta bisa pake kendaraan besar dan bisa di gandeng yang tentu lebih irit bahan bakar? Jawabnya standar, karena biaya mahal sedang cadangan batu baranya hanya sampai pada tahun tertentu, setelahnya jalan juga akan menjadi milik masyarakat (pemerintah) berikut lahan bekas tambangnya Artinya mereka merasa rugi mungkin Setelah membaca tulisan Abah hari ini ironi saya muncul, ketika ada sebuah perusahaan tambang yang empunya orang Singapura kemudian menjadi WNI, kemudian membangun jalan aspal, kemudian membangun jembatan, kemudian mau membangun rel kereta dan mungkin ada kemudian-kemudian lain yang bahkan sudah tau semua yang di bangun kelak akan di serahkan kepada masyarakat (pemerintah) Kalau memang benar, berarti masih ada pengusaha yang baik di sektor energi atau khususnya batu bara, dan itu berbanding terbalik dengan yang saya tahu dan temui di lapangan selama ini Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar-kejaran Jika janji tidak terawat Pasti sesal jadi tanggungan 

 

A fa

Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar kejaran Haqul yakin mantapkan niat Semua maksud dapat diwujudkan. Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar kejaran Harus yakin banyak bersholawat Semoga sakaratul maut dimudahkan. Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar kejaran Tulisan disway abah yang buat Orang berebut komentar pilihan. 

 

Muin TV

Bayan tentu sudah berhitung. Membangun jalan itu habis Rp. 3 triliun. Tapi batu bara yang bisa lewat di atasnya lebih 30 juta ton setahun. Dengan harga batu bara USD 400/ton saat ini angka-angka di atas hanyalah angka. Salah Bah. Angka-angka di atas adalah duit semua. Coba saya hitung: $ 400 X 30.000.000 (ton) = $ 12.000.000.000 (12 milyar dolar) $ 12.000.000.000 X Rp. 14.000 = Rp. 168.000.000.000.000 (seratus enam puluh delapan triliun rupiah) Kalau produksinya naik jadi 60 juta ton, ya ... kalikan 2 saja. Rp. 336 triliun rupiah. Jadi, duit 8 triliun yang dipakai untuk membangun jalan dan rel kereta api itu cuma "seupil" aja bagi BAYAN. Itu pun dipakai selama 25 tahun. Kata Soimah, "Jos gandos untuk Datuk Low." Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar-kejaran Kalau muka banyak jerawat Itu muka atau minyak makan.

 

andri andri

Terima kasih abah tulisanya menginspirasi sekali. Tapi saya mau bertanya, Apakah benar ujung jalan nya di muara wahau, Karna saya berasal dari muara wahau dan saya juga pernah ke tambang Bayan di Tabang. mungkin maksud abah di muara pahu.

 

Jokosp Sp

Dengan jalan sepanjang 100 km, tidak memungkinkan Semi Dump Trailer jalan non stop tanpa berhenti dan melakukan pengecekan kondisi Tyre dan under cariagenya ( bearing dan brake system ). Maka dipertengahan jalan, atau di km 50 harus dibangun Work Shop besar khusus Unit tersebut dan Stock Room besar untuk pemindahan muatan Batu Baranya. Berarti Work Shop Vacility harus lengkap dengan Overhead Cran 100 - 200 ton. Sedang di Stock Room harus disediakan sekelas Whelloader WA800 untuk loading Coal nya dan Excavator PC200 untuk bantu maintenance. Untuk Support Maintenance unit break down di jalan hauling juga harus disediakan Cran Truck Tyre dan Tyre Handle sekelas WA600 agar proses maintenance cepat dan ringan karena yang dihandle Vessel Trailer dengan muatan s/d 100 ton. Dari sisi maintenance Road Hauling juga harus ada satu team dan work shop khusus dengan peralatan seperti Compactor, Grader, Excavator sekelas PC200. Harus ada juga dibangun Tower Dispatch System, yang gunanya untuk mengatur arus perjalanan Semi Dump Trailernya agar tidak crodit dan terecord secara konsisten jam per jam untuk jadi laporan ke CCR ( Coal Control Room ). Sehingga produksi Coal Hauling perjamnya bisa dilihat grafik perkembangannya. Namun Cost Hauling sejauh 100 km cukup tinggi. Semakin jauh semakin tidak efisien karena harus doble handling dan cost tyre yang bengkak. Jika dibanding dengan sistem rel kereta jauh lebih effisien, bisa dicontoh yang sudah ada di PT. Bukit Asam di Sumatera. lanjut...

 

Satria Pramayoga

Meskipun abah sudah melakukan kampanye masif dan sistematis, menjelaskan panjang, lebar, tinggi pembangunan di sumatra dan kalimantan saya masih tidak tertarik untuk transmigrasi ke kalimantan. Kalau abah sendiri tertarik tinggal di hutan, mending jangan ajak-ajak. Kami masih suka hidup di kota bah.

 

ahyauddin ilyas

terimakasih abah atas tulisan menarik tapi penuh tandatanya kok ,kenyataan tidak sesuaui berarti ini baru hayalan belaka

 

Abd Qohar

Kekayaan alam Indonesia kok jadi seperti milik pribadi ya... apa memang spt itu ya pengelolaannya di Indonesia. Membangun sedikit saja sudah bisa spt pahlawan. Padahal yg dikeruk dari bumi pertiwi sangat2 banyak

 

Abu Abu

Ikan patin ikan jelawat/ Ikan pesut ke

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 137

  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • LiangYangAn 梁楊安
    LiangYangAn 梁楊安
  • Er Gham
    Er Gham
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • Agus Suryono
    Agus Suryono
  • Warung Faiz
    Warung Faiz
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Liam Then
    Liam Then
  • Liam Then
    Liam Then
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • edi hartono
      edi hartono
    • Anwarul Fajri
      Anwarul Fajri
  • Komentator Spesialis
    Komentator Spesialis
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
  • Johan
    Johan
    • Liam Then
      Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Johan
      Johan
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
  • Yea A-ina
    Yea A-ina
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Abu Abu
      Abu Abu
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
  • No Name
    No Name
    • No Name
      No Name
    • No Name
      No Name
    • No Name
      No Name
    • Liam Then
      Liam Then
    • No Name
      No Name
    • Yea A-ina
      Yea A-ina
    • No Name
      No Name
  • donwori
    donwori
  • Benjol Oye
    Benjol Oye
  • Jo Neka
    Jo Neka
  • Muin TV
    Muin TV
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • edi hartono
    edi hartono
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • edi hartono
      edi hartono
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
    • Liam Then
      Liam Then
    • No Name
      No Name
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Levy Lesmana
    Levy Lesmana
  • agus budiyanto
    agus budiyanto
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Budi Utomo
      Budi Utomo
  • Budi Utomo
    Budi Utomo
  • No Name
    No Name
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
    • Anwarul Fajri
      Anwarul Fajri
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Rizky Dwinanto
    Rizky Dwinanto
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • Liam Then
      Liam Then
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • donwori
      donwori
    • edi hartono
      edi hartono
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • Liam Then
      Liam Then
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • No Name
    No Name
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • DeniK
    DeniK
  • Multi Suk
    Multi Suk
  • Muin TV
    Muin TV
  • JIM vsp
    JIM vsp
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • edi hartono
      edi hartono
    • donwori
      donwori
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • donwori
      donwori
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Pryadi Satriana
    Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Lukman bin Saleh
      Lukman bin Saleh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • DeniK
      DeniK
    • bagus aryo sutikno
      bagus aryo sutikno
    • Abu Abu
      Abu Abu
    • Nurkholis Marwanto
      Nurkholis Marwanto
    • Alon Masz Eh
      Alon Masz Eh
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Pryadi Satriana
      Pryadi Satriana
  • DeniK
    DeniK
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Namu Fayad
    Namu Fayad
  • anak rantau
    anak rantau
  • Robban Batang
    Robban Batang
    • Robban Batang
      Robban Batang
  • Suwito Intarso
    Suwito Intarso
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
  • alasroban
    alasroban
  • Lukman bin Saleh
    Lukman bin Saleh
  • rid kc
    rid kc
  • Jaenal Sujarot
    Jaenal Sujarot
  • Akagami Shanks
    Akagami Shanks
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
  • mzarifin umarzain
    mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain
    • mzarifin umarzain
      mzarifin umarzain

Berita Terkait