BALI, DISWAY.ID--Pemerintah Rusia berlum berminat merundingkan gencatan senjata di Ukraina. Apalagi pasukan Rusia gagal memenuhi tujuan militernya.
Meski demikian, Indonesia bisa merangsek masuk dalam posisi ini, terlebih sebagai ketua G20.
Indonesia sangat berpeluang menjadi juru runding penyelesaian konflik Rusia-Ukraina yang terus berkecamuk dan menelan korban jiwa.
BACA JUGA:Indonesia ‘Leading’ dalam Isu Perempuan di IPU ke-144, Puan: Termasuk Budgetingnya Pasti Didengar
Indonesia sebagai ketua G-20 periode ini bisa mengajak Turki, China, dan Rusia untuk duduk bersama.
???? #Zajárova: Hace 23 años, la #OTAN inició la agresión contra Yugoslavia, un país europeo, miembro de la ONU, la OSCE y otros organismos multilaterales.
— Cancillería Rusia ???????? (@mae_rusia) March 24, 2022
❗️ Fue entonces cuando Occidente destruyó el cimiento de la seguridad europea formada tras la Segunda Guerra Mundial. pic.twitter.com/G1v1zDdjVC
Ini dapat dibahas selarasa dengan progres perbaikan ekonomi jika konflik itu berlarut-larut.
Meski tidak secara langsung, konflik itu bisa berdampak pada perekonomian Indonesia.
BACA JUGA:Bhayangkara Terus Bayangi Arema Usai Menggulung Persikabo 1973
Pasalnya, suplai bahan makanan terutama gandum masih bergantung pada kedua negara yang tengah berkonflik.
”Inilah prinsip politik bebas aktif kita,” terang Pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riza Noer Arfani, Jumat 25 Maret 2022.
Apalagi, sambung dia, dalam pembukaan UUD 1945 kita berkomitmen menjaga perdamaian dan ketertiban dunia.
BACA JUGA:Gusur Australia, Jepang Amankan Tiket Piala Dunia 2022
Pernyataan Presiden Joko Widodo di twitter yang meminta peperangan dihentikan, menurut dia, masih memerlukan sikap berkelanjutan.
Nah dengan mempertemukan negara-negara yang berkonflik dalam meja perundingan ini akan menjadi titik temu yang baik.