SEJAK dibubarkannya Front Pembela Islam (FPI), muncul kelompok yang menggunakan singkatan FPI. Tiga hari lalu terdapat video yang trending di Twitter, deklarasi Front Persaudaraan Islam. Deklarasi itu dilakukan di Kabupaten Bandung Barat.
Tokoh-tokoh Front Persaudaraan Islam sebelumnya adalah tokoh Front Pembela Islam yang dipimpin Rizieq Shihab. Organisasi baru itu dipimpin Ahmad Qhurtubi Jaelani, bekas imam Front Pembela Islam Banten.
Setelah FPI versi Bandung Barat, bakal ada FPI lain yang menyusul. Namun kepanjangannya Front Pembela Indonesia.
Ketua Dewan Kehormatan Front Pembela Indonesia (FPI) Muhammad Rofii Mukhlis mengatakan, kelompoknya belum mendeklarasikan diri. Namun sudah ada struktur organisasi yang dibuat. Ada 22 orang. Salah satunya Sekretaris MUI Bogor Kyai Khotimi Bahri. Semua nama anggotanya akan dibawa ke Kemenkumham. Untuk didaftarkan sebagai organisasi masyarakat.
Tapi untuk tanggal deklarasi, mereka masih belum tahu. Tapi yang jelas, Tugu Proklamasi akan dijadikan tempat deklarasi. Mereka juga sudah menyiapkan 100 kaos untuk deklarasi.
DESAIN Kaos untuk deklarasi FPI. (Foto: FPI)FPI versi Rofii akan berbeda dengan FPI versi Rizieq. Organisasi itu tidak menokohkan seseorang. ”Karena Indonesia negara hukum maka kami menjadi hukum sebagai pimpinna tertinggi,” katanya.
sudah membuat banyak program. Terutama untuk sosial. Ia mewacanakan memberikan pinjaman tanpa bunga dan jaminan. Program ini dibentuk agar tidak ada lagi masyarakat yang terjebak pada pinjaman online.
Selain itu, ada juga program pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Seperti bantuan pembuatan iklan hingga pemasaran.
Pemilihan singkatan FPI, kata Rofii, sekadar menghilangkan citra buruk terhadap singkatan itu. Ia mendengar FPI dilarang oleh pemerintah. Oleh sebab itu, ia bakal mengajukan kelompoknya ke Kemenkum HAM untuk didaftarakan sebagai ormas.
Lalu bagaimana bila ditolak? Rofii tidak akan mundur. Ia akan menempuh jalur hukum. ”Masyarakat memiliki hak berkumpul dan berserikat. Saya kira dibolehkan,” ungkap ketua Barisan Kesatria Nusantara itu.
Sosiolog UIN Sunan Ampel Andri Arianto mengatakan, menggunakan singkatan dan akronim dalam membuat ormas guna mengubah citra sudah banyak digunakan. Pada masa reformasi, ada koalisi yang menamakan dirinya Aksi Bersama Rakyat Indonesia (ABRI). Pada saat itu, ABRI merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Andri melihat ada upaya dari Rofii membuat nama FPI tidak lagi menakutkan. Melainkan memiliki citra pembela negara. Tidak lagi hanya membela kelompok tertentu. ”Kalau untuk jualan politik seperti pilpres sepertinya belum bisa. Toh juga belum dideklarasikan. Dan masih belum sanggup untuk ke arah sana,” ujar mantan aktivis PRD itu. (Andre Bakhtiar)