JAKARTA, DISWAY.ID - Gelaran aksi BEM seluruh Indonesia yang diagendakan hari ini adalah respon kondisi bangsa atas kegelisahan publik.
Sebaliknya, pemangku kebijakan tidak perlu reaktif berlebihan menanggapi derasnya gerakan demonstran. Karena diyakini, aksi ini bukan bermotif penggulingan kekuasaan apalagi makar.
Khusus untuk Presiden Jokowi, diharapkan mampu memenuhi tuntutan BEM dengan implementasi kerja demi keinginan rakyat yang begitu sederhana.
BACA JUGA: BEM Menyapa Istana dengan 18 Pesan
”Idealnya, presiden mampu memenuhi tuntutan mahasiswa yang begitu beragam. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” ujar pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, Senin 11 April 2022.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menambahkan, beberapa polemik yang mendera seperti tingginya harga minyak goreng bukan persoalan remeh-temeh.
Terlebih, munculnya dugaan mafia yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng di berbagai daerah.
BACA JUGA: Pemilu Serentak 14 Februari 2024, Jokowi: Sudah Jelas Ya, Jangan Buat Spekulasi Aneh-aneh!
Nahasnya lagi, kelangkaan ini memendam kepiluan dengan meninggalnya seorang ibu bernama Sandra (41) di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim).
Ibu 5 anak itu meninggal dunia saat antre minyak goreng karena letih menunggu panjangnya antrean.
Begitu pula dengan Rita Riyani (49) seorang ibu rumah tangga warga Kota Samarinda, Kaltim.
Rita Riyani wafat setelah mengantre berjam-jam di pusat grosir untuk mendapatkan minyak goreng demi kebutuhan dapurnya.
”Ini harus bisa diungkap. Presiden diharapkan mampu menormalkan harga dan lebih terjangkau,” ujar Adi Prayitno kepada Disway.id.
BACA JUGA: Drama Presiden 3 Periode Tamat, Arief Poyuono: Cari Isu Lain deh, Sudah Tak Laku!
Melihat dan mengamati kecenderungan aksi BEM, Adi menilai aksi ini murni gerakan mahasiswa sebagai bentuk respon atas situasi sosial, politik, dan ekonomi yang berkembang belakangan.