Sejurus kaki masing-masing bergeser dari posisi semula. Memejamkan mata lalu menatap kembali ke atap. Kelam. Tak kuasa mendengar ronta dari mulut Yosua.
Perlahan darah segar mengalir dari tubuh dan kepala Yosua. Sadis. Ruhnya dipaksa pergi.
Tak berselang lama, Ferdy Sambo menembaki dinding ruangan itu. Tercatat 3 kali ia mencoba membenturkan peluru ke dinding.
Membuat skenario. seolah-olah ada baku tembak. Sambo mengeluarkan sisa jelaga dari sarung tangan hitamnya ke tangan jenazah Yosua untuk melengkapi narasi kebohongannya.
BACA JUGA:Pengakuan Bharada E
Tapi ini belum selesai. Masih ada puzzle yang terserak. Masih ada kepingan yang belum diperoleh. Konstruksi bocoran ini tidak utuh didapat.
Karena masih ada cerita di mana PC. Putri Chandrawathi istri Ferdy Sambo saat itu.
Publik masih terus bertanya-tanya, bagaimana konstruksi pembunuhan sadis itu terjadi.
Kadang muncul gambaran itu tapi kemudian konstruksi awal ini tenggelam lagi. Ikut larut dengan kebingungan baru.
Akal sehat publik dicabik-cabik. Dipermainkan dengan mirisnya peristiwa kematian Brigadir Yosua, dengan narasi baru.
Justru penegak hukum yang harusnya memastikan kebenaran. Penegak hukum yang selalu menjadi pemenang.
Sejalan dengan harapan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Publik diminta mengawal kasus ini tanpa jenuh.
Fakta-fakta dari berbagai puzzle terserak atas peristiwa Duren Tiga masih terus dirangkai. Terlalu banyak yang belum selesai.
BACA JUGA:Bunker Sambo Rp 900 Miliar
Belakangan, pengacara Bharada E yang baru, Ronny Talapessy mengungkapkan, ada 20 menit menegangkan di rumah pribadi Ferdy Sambo, di Jalan Saguling III, Jakarta Selatan.
Agus menuturkan Putri Candrawathi diduga turut merangkai skenario yang dibangun oleh suaminya atas kematian Yosua.