Dalam survey tersebut menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual sebanyak 8,4 persen adalah wanita.
Mereka mengalami kekerasan dan pelecehan berupa kontak seksual yang tidak diinginkan, sedangkan korban pria meningkat kira-kira dua kali lipat menjadi 1,5 persen.
Hampir 36.000 anggota mengatakan mereka telah mengalami kontak seksual yang tidak diinginkan, peningkatan dramatis dari sekitar 20.000 dalam survei serupa tahun 2018.
Meskipun demikian, jumlah pelaporan dari anggota militer Amerika yang melaporkan insiden tersebut menurun.
BACA JUGA:Donald Trump Terancam Dipidana Setelah FBI Temukan 11.000 Dokumen Negara di Rumahnya
BACA JUGA:Jelang Persib Vs Rans Nusantara: Marc Klok Ungkap Butuh Dukungan Bobotoh
Dalam survey menyebutkan satu dari lima anggota militer melaporkan serangan seksual mereka kepada pihak berwenang pada tahun 2021, turun dari satu dari tiga pada tahun 2016 dan 2018.
Pihak berwenang seperti yang dirilis oleh Aljazeera.com, peningkatan angka-angka kekerasan seksual tersebut didorong oleh peningkatan besar-besaran di tentara dan angkatan laut ketika pangkalan mulai bergerak keluar dari pembatasan pandemi Covid-19.
Para pejabat militer telah berjanji untuk mengambil pendekatan preventif terhadap serangan seksual dan mengatakan terdapat bantuan dana 479 juta dolar Amerika yang akan digunakan untuk merekrut sebanyak 2.400 personel sebagai tenaga kerja pencegahan dalam masalah tersebut.
BACA JUGA:Anak Buah Ferdy Sambo Nobar CCTV Pembunuhan Brigadir J, Sambo Sebar Ancaman
BACA JUGA:Duo Ferrari Dominasi FP2 Formula1 Belanda, Verstappen Alami Kerusakan Gerabox
Nate Galbreath selaku Acting Director of the Pentagon’s Sexual Assault Prevention and Response Office, mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk mendanai dan mempertahankan perubahan di tubuh militer Amerika.
Lebih dari 20 persen wanita yang disurvei mengatakan bahwa mengajukan pengaduan pelecehan seksual akan “terlalu berisiko”, hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada kesediaan militer untuk mengatasi pelanggaran seksual masih rendah.
Ashlea Klahr yang merupakan Director of Health and Resilience Research for the Pentagon, menjelaskan bahwa beberapa penurunan pelaporan mencerminkan ketidakpercayaan yang lebih luas pada militer dan organisasi pemerintah lainnya.