Tak sampai disitu, ia juga bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia yang kala itu dikenal dengan PERMI.
Di sana, ia memberikan kursus keputrian dan mengajarkan ilmu agama sebagai dasar kehidupan untuk kaum wanita.
Selain itu, dirinya juga sangat kritis terhadap kolonialisme Belanda dan perlakuannya yang tidak adil terhadap perempuan.
Rasuna Said terkenal sangat mahir dalam berpidato untuk mengecam pemerintahan Belanda.
BACA JUGA:BSSN Buru Hacker Bjorka Karana Meresahkan Masyarakat, Dia Bisa Bobol Sistem Kita Kerena…
Karena keberanian dan kemahirannya, Rasuna Said tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict, yakni hukum kolonial Belanda yang menyatakan siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.
Saking mahirnya, ia kerap dijuluki 'laksana petir di siang hari'.
Seorang Jurnalis
Selain pandai berorasi, dirinya juga berkecimpung di dunia jurnalistik.
Pada usia 24 tahun, setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1934, Rasuna memulai karir jurnalistiknya dan menulis untuk jurnal perguruan tinggi bernama Raya.
Selama beberapa tahun berikutnya, Rasuna membuka lebih banyak sekolah untuk anak perempuan dan berbicara atas nama kelompok wanita Muslim yang tak terhitung jumlahnya.
Pada tahun 1945, setelah bekerja tanpa lelah untuk menanamkan nasionalisme dan anti-kolonialisme melalui tulisannya, Indonesia memperoleh kemerdekaannya.
BACA JUGA:Bjorka Disebut Bernama Muhammad Said Fikriansyah, Ini Kata Mahfud MD Soal Hacker Kominfo
BACA JUGA:Motif Hacker Bjorka Bocorkan Data Terkuak, Mahfud MD: Kita Akan Serius
Mengutip dari buku Nama dan Kisah Pahlawan Indonesia karangan Angga Priatna dan Aditya Fauzan Hakim, beliau menjadi pemimpin salah satu redaksi majalah "Menara Putri".