"Presiden hanya satu loh. Dan itu menurut saya sudah takdir alam. Tuhan punya mau itu. Good scenario. Jadi kita boleh bersaing dan melakukannya (mencalonkan diri), tapi harus mengenali diri kita dulu. Benar kata Sun Tsu, kenali dirimu, kenali musuhmu, 100 kali kau perang, 100 kali kau menang," katanya.
Pada kesempatan itu juga Luhut juga menyinggung Rocky Gerung yang kerap mengkritik pemerintah termasuk kritik dirinya.
“Terus terang saya melihat Anda itu hebat, saya kira kita baru bertemu dua kali. Anda kritik saya banyak, Anda kritik pemerintah juga banyak, kritik presiden juga banyak. It’s oke, this is demokrasi,” ujar Luhut.
BACA JUGA:Hasnaeni Wanita Emas Pakai Uang 'Panas' Buat Kepentingan Pribadi? Jumlahnya Fantastis Banget!
Sekedar diketahui, kursi Presiden sejak kemerdekaan RI 1945 hingga saat ini hampir selalu diduduki oleh para tokoh berdarah Jawa.
Mulai dari Soekarno yang berasal dari Blitar, Soeharto dari Bantul, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Jombang, Megawati Soekarnoputri kelahiran Yogyakarta, Susilo Bambang Yudhoyono dari Pacitan, dan Joko Widodo asal Surakarta.
Hanya satu perkecualian adalah BJ Habibie menjadi presdien menggantikan Soeharto yang mundur dari jabatannya pada 1998.
Hingga saat ini, hanya BJ Habibie yang merupakan kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan itu menjadi satu-satunya presiden Indonesia yang bukan beretnis Jawa.
BACA JUGA:Shin Tae Yong Merespon Pujian dari Luis Milla
Pada April 2022 lalu, lembaga penelitian kebijakan dan opini publik Populi Center mencoba membuat survei yang berbeda yakni terkait calon presiden dari luar suku Jawa.
Hasilnya, mayoritas masyarakat setuju dengan ide bahwa Presiden Indonesia berasal dari luar suku Jawa.
“Ketika masyarakat ditanya apakah setuju atau tidak setuju apabila suku yang berasal dari luar Jawa menjadi Presiden Indonesia, masyarakat menjawab setuju sebesar 68,4 persen (sangat setuju sebesar 6,2 persen, setuju sebesar 62,2 persen),” ujar peneliti sekaligus Deputi Direktur Eksekutif Populi Center, Rafif Pamenang Imawan, dalam diskusi virtual pada Ahad, 24 April 2022.
Sementara angka yang kurang setuju hanya sebesar 14,6 persen dan tidak setuju sebesar 11 persen dan sebesar 6 persen menjawab tidak tahu/ tidak jawab.
BACA JUGA:Sebelum Ditahan, Sudrajad Dimyati Sempat Temui Pimpinan MA Lapor Akan Diperiksa KPK
Survei itu digelar pada 21-29 Maret 2022 dengan sampel sebanyak 1.200 responden yang tersebar secara proporsional di 34 Provinsi di Indonesia.
Pemilihan responden dilakukan dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling).