BACA JUGA:Kisah Lucu AH Nasution, Kabur Pakai Sarung Bak Santri Jawa Timur Usai Sadar 'Saya Bukan Belanda'
Kepada Jenderal, sang ibu membuat permohonan untuk menarik anaknya dari garis depan dan permohonan tersebut dikabulkan sehingga Tendean menjadi ajudan dari Jenderal A.H Nasution untuk menggantikan posisi Kapten Manullang yang saat itu gugur dalam tugasnya di Kongo.
Disebutkan dalam buku karangan Masykuri, bahwa ibu Pierre Tendean adalah kawan baik dari mertua Jenderal A.H Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Menko Hankam KASAB.
Sosok Rukmini yang lemah lembut dan sopan, membuat Tendean jatuh hati kepadanya.
Sejak pertemuan tersebut Tendean dan Rukmini menjadi semakin dekat hingga berencana untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
BACA JUGA:Wali Murid Bangga, SDN 08 Ragunan Miliki Fasilitas Lengkap Seperti Kampus
Awalnya hubungan mereka sempat ditentang oleh keluarga masing-masing, karena alasan keyakinan.
Rukmini adalah gadis yang berasal dari keluarga penganut agama Islam yang taat, sedangkan Tendean adalah penganut agama Kristen.
Namun dengan melihat keseriusan Tendean kepada Rukmini, orang tua akhirnya merestui hubungan mereka.
Pada 31 Juli 1965 Tendean berkesempatan untuk menemui orang tua Rukmini di Medan, dalam pertemuan itu mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan pada bulan November 1965.
BACA JUGA:4 Pelaku Perampokan Toko Emas di ITC BSD Serpong Ditangkap, Terungkap Peran Tersangka
BACA JUGA:PSS Sleman 1-2 Persita: Pendekar Cisadane Geser Posisi Bali dan Persija di Klasemen Liga 1
Akan tetapi takdir berkata lain, cerita perjalan cinta mereka harus kandas karena Pierre Tendean gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI.
Pierre Tendean gugur dalam peristiwa G30S PKI di usianya yang terbilang muda, yaitu 26 tahun.
Dalam peristiwa tersebut ia diculik dan dibunuh di Lubang Buaya karena dikira sebagai Jenderal A.H Nasution, yang merupakan salah satu target penculikan.