Kalaupun untuk menghalau suporter, cukuplah gunakan water canon yang resiko cederanya lebih rendah.
Penggunaan gas air mata pernah terjadi saat kerusuhan suporter di Stadion Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya pada 2012. L aga Persebaya bersua Persija Jakarta.
Mirip yang terjadi di Kanjuruhan, ribuan suporter yang merangsek ke lapangan Tambaksari, aparat keamanan membubarkan dengan tembakan gas air mata.
Mereka berlarian menyelamatkan diri dan berdesakan menuju pintu keluar yang sempit hingga ada satu korban tewas dan puluhan lainnya terluka.
Tepat enam tahun (2018) berselang gas air mata kembali ditembakkan aparat keamanan.
Kali ini berdalih mengendalikan kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan saat Arema FC menjamu Persib Bandung.
Saat itu 200 suporter terluka. Mereka berdesak-desakan. Satu Aremania meregang nyawa setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Ribuan Bonek Persebaya Surabaya datang ke Tugu Pahlawan untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan 1 Oktober. -Persebaya/@persebayaupdate -Disway.id
Tragedi Kanjuruhan telah tercatat sebagai salah satu peristiwa mengerikan. Kini korban jiwa terbesar kedua dalam sejarah kerusuhan di stadion sepak bola di dunia.
Tragedi Kanjuruhan menjadi pelajaran bagi semua pihak. Bahan Evaluasi.
Lalu siapa yang harus disalahkan dalam peristiwa itu? semua masih menunggu investigasi tim gabungan.
Nah, berangkat dari peristiwa Kanjuruhan ternyata ada pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh para pendukung Persib Bandung.
Ribuan Bonek Persebaya Surabaya datang ke Tugu Pahlawan untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan 1 Oktober. -Persebaya/@persebayaupdate -Disway.id
Ya, pelajaran berharga untuk Viking dan Bobotoh atas fanatisme, kecintaan, terhadap Persib Bandung, tim asal Jawa Barat.
Pelajaran itu didapat dari sebuah unggahan Teddy Tjahjono. Salah satu bos Persib Bandung.
Teddy Tjahjono dikenal sosok yang sebenarnya enggan mengomentari hal-hal yang bersifat remeh temeh.