BACA JUGA:Gus Baha Ungkap Cara Dapatkan Lailatul Qadr, Cukup Lakukan Hal Ini: Ada Persiapan...
BACA JUGA: Bantah Tuduhan Perkosaan, Benjamin Mendy: Para Perempuan yang Datang pada Saya
"Tapi Rasulallah nuruti itu, semua dilakukan agar tidak terjadi tumpah darah. Padahal Suhail saat itu masih (jadi) kafir. Perdamaian harus kita jaga," papar Gus Baha.
Akan tetapi Nabi Muhammad SAW punya satu permintaan, yaitu agar orang kafir Quraisy tak boleh orang-orang berbicara tentang Islam.
Hingga pada akhirnya orang-orang secara bebas berdiskusi tentang Tuhan, agama, dan lain sebagainya.
Maka dari situ, banyak orang mulai berdebat, lebih enak mana punya Tuhan yang berasal dari batu atau Tuhan yang jelas-jelas dibawa Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA:Rahasia Pinkan Mambo Gugurkan Kandungan saat Muda Bocor, Alasannya Tak Terduga: Tega Sih Iya
BACA JUGA:Covid-19 Varian XBB Melonjak, Menkes Sebut Jakarta di Level 3
Banyak yang mulai bertanya juga, alasan apa yang bisa sampai seseorang dikatakan lebih memilih menyembah batu atau barang mati plus sesuatu yang dibuat (dipahat) sendiri.
"Karena mereka diskusi bebas tanpa tekanan akhirnya mereka memilih Islam," ujar Gus Baha.
"Karena banyak yang masuk Islam maka otomatis perjanjian itu dibatalkan. Ini keberhasilan luar biasa. Ini sama dengan pilihan Gus Dur mencegah pertumpahan darah," tegas Gus Baha.
PROFIL GUS BAHA ULAMA ASAL REMBANG
BACA JUGA:Soal 'Romantisme' Putri Candrawathi Suapi Kuat Ma'ruf di Magelang, Daden: Saya Melihat yang Mulia
Ulama yang memiliki nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim lahir pada 29 September 1970 di Narukan, Krangan, Rembang, Jawa Tengah.
Gus Baha sendiri ternyata merupakan putra ulama ahli al-Quran, yakni KH Nursalim al-Hafizh dan juga Hj Yuchanidz Nursalim.