"Kita tidak boleh diam, apalagi membuatnya bahan becandaan yang tidak baik. Kita tidak boleh jadi bangsa yang nyinyir, kufur nikmat," ujar Erick.
"Di mana budaya patriaki hal ini sudah kuno, terlepas dari kebebasan sosial media," sambung Erick.
Erick juga mengaku menjadi saksi perempuan membuat karya hebat di kementerian BUMN, kita sudah mendorong kepemimpinan hingga 25 persen dan ini merupakan perubahan yang luar biasa.
"Kecantikan perempuan tidak bisa diukur dari satu standar saja, tentu tidak adil kalau kita membanding-bandingan. Karena sesungguhnya kecantikan perempuan berasal dari hati, dan tentu selalu saya bilang akhlaknya," tegas Erick.