BACA JUGA:Raffi Ahmad Boyong Keluarganya Kondangan ke Pernikahan Kaesang, Nagita: Selamat Pak Jokowi
Pada saat Sri Sultan Hamengku Buwono VII memutuskan untuk turun takhta atau mundur dari takhta, maka beliau harus keluar Keraton
Sehingga Sri Sultan Hamengku Buwono VII kemudian memilih menetap dan tinggal di Pesanggrahan Ambarrukmo (Kedhaton Ambarrukmo).
Mengutip dari laman resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, Pesanggrahan Ambarrukmo dikenal dengan nama Pesanggrahan Arjopurno yang artinya keselamatan atau kesejahteraan.
Pesanggrahan tersebut direnovasi dan disempurnakan oleh Pangeran Mangkubumi atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwono VII tahun 1897.
BACA JUGA:Pesona Erina Gudono di Malam Midodareni, Cantik Memikat Saat 'Disembunyikan' dari Kaesang
Setelah direnovasi, namanya pun diganti menjadi Pesanggrahan Ambarrukmo yang berarti keluhuran atau kemuliaan yang harum.
Pada mulanya Pendopo Agung Ambarrukmo dibangun sebagai tempat peristirahatan dan tempat penyambutan tamu-tamu kehormatan sebelum ke Keraton.
Sejarahnya sudah dimulai dari Sri Sultan Hamengku Buwono II, di mana pada saat itu orang dari Solo yang datang untuk bertemu dengan raja akan berkumpul di depannya alun-alun atau di pendopo sebelum mereka masuk ke Keraton.
Seiring beralih fungsi menjadi tempat tinggal, maka penyebutannya pun berubah yang awalnya Pesanggrahan sebagai tempat singgah menjadi Kedhaton Ambarrukmo.
Kompleks Kedhaton Ambarrukmo dibangun berdasarkan pengaruh kebudayaan Jawa yang sangat kuat.
Kompleks bangunan tersebut terdiri dari beberapa area, yaitu Pendopo Agung, Ndalem Ageng, Bale Kambang, Gandhok, Pacaosan, dan Alun-Alun.
Sampai dengan saat ini, keaslian arsitektur bangunan tersebut masih terjaga.
Bangunan utama, saat ini difungsikan sebagai museum Ambarrukmo.
BACA JUGA:Dear Kaesang-Erina, Ini 10 Manfaat Bulan Madu Bagi Pengantin Baru, Uhuy!