Rifda Widi

Kamis 15-12-2022,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

RIFD A tergolong telat tahu: bahwa gugusan Pulau Widi sudah ada yang punya. Ketika meninggalkan Widi sore itu (lihat Disway kemarin) Rifda masih berpikir bagaimana agar bisa berbuat untuk membangunnya.

Dia pengusaha. Dia putra daerah. Dia wanita aktif. Dia sudah melihat sendiri begitu besarnya potensi pariwisata di Widi.

Baru ketika heboh-heboh lelang itu  Rifda tahu: 2 minggu lalu. Bahwa Widi ternyata sudah dimiliki oleh PT Leadership Islands Indonesia. Masa pengelolaan PT LII pun sangat panjang. Ada yang menyebut bisa diperpanjang sampai 99 tahun.

Rifda Ammarina lahir di Ternate. Sampai tamat SMA masih di pulau itu. Belum pernah ke Jawa. Padahal bapaknyi alumni ITB. Lalu menjadi pimpinan dinas pekerjaan umum di Ternate.

"Kali pertama ke Jawa setelah tamat SMA itu. Saya diterima di IPB tanpa tes," kata Rifda. Dia pun ambil jurusan sosial ekonomi.

Pekerjaan pertama Rifda setelah lulus IPB adalah di Indofood. Di bagian riset. Lalu bekerja di Mustika Ratu-nya Mooryati Soedibyo, sebagai manajer public relation . Dia harus bekerja untuk cari modal usaha.

Pertama terjun ke bisnis, Rifda tidak di bidang pertanian. Dia menjadi subkontraktor listrik kecil-kecilan. Lama-lama besar.

Dia pun mulai diperhitungkan. Dia masuk 14 pengusaha yang mendapat bimbingan khusus dari menteri Pertambangan dan Energi, waktu itu, IB Sudjana. Tiga dari 14 orang itu sangat sukses di kemudian hari. Pun di bidang politik. Tiga orang itu menjadi menteri. Ada yang di era presiden SBY dan ada yang di era Presiden Jokowi.

Setelah itu Rifda pilih ''menghilang''. Dia hamil. Begitu sulit Rifda mendapat kehamilan. Maka ketika akhirnya bisa hamil dia membuat keputusan besar: meninggalkan dunia usaha. Rifda konsentrasi penuh dengan kehamilannyi.

Lahirlah anak perempuan. Itulah satu-satunya anaknyi. Dia besarkan anak itu sendirian, sepeninggal suaminyi. Dia sekolahkan anak itu tinggi-tinggi. Sampai Boston University, Amerika Serikat.

Lalu Rifda kembali ke dunia usaha. Kali ini dengan tekad baru: sebagai usaha sosial. Sociopreneur. Dia juga kembali ke habitat mudanya: di dunia pertanian.

Waktu itu Rifda sudah punya modal. Sebelum hamil, perusahaannya sudah besar. Dia pernah bikin sejarah: memenangkan tender internasional. Yakni di pembangunan transmisi listrik tegangan tinggi di Freeport, Papua.

Waktu itu Freeport membangun pembangkit listrik di dekat pantai Timika. Listriknya harus dialirkan ke tambang emas di pedalaman Papua. Perlu transmisi sejauh 60 Km dari Timika ke area tambang.

Begitu proyek itu selesai dan Rifda hamil, perusahaan itu dia tutup. Dia meninggalkan reputasi yang baik di mata perusahaan asing seperti Freeport.

Sosiopreneur pertama yang dia lakukan adalah ini: menyelenggarakan pameran produk pertanian. Nama kegiatan itu Anda masih ingat: Agrinex Expo. Setiap tahun. Besar banget. Saya hadir sekali. Yakni ketika masih menjadi sesuatu dulu. Rasanya di Agrinex itulah saya bertemu muka kali terakhir dengan Rifda.


Rifda Ammarina saat menggelar acara Agrinex Expo pada 2014 silam.--

Dari Agrinex, Rifda berjalan ke hulu. Dia ikut gabung ke gerakan pengabdian masyarakat bersama alumni Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka akan membangun proyek bersama: Kampung IPB. Rencananya kampung itu sampai 175 hektare. Di daerah miskin Banten Selatan.

Dalam perjalanannya Kampung IPB itu berubah haluan. Ini versi Rifda. Yakni sejak ada program pemerintah berupa BLU kehutanan. Ada dana BLU yang bisa diserap untuk menanam hutan produksi: sengon, jabon, dan sebangsanya.

Rifda tidak mau itu. Maka dia mufaraqah dari Kampung IPB. Dia ingin membangun sendiri perkebunan buah topik seperti niat awal. Dia berjalan sendiri. Dia pun melakukan perjalanan ke Cikeusik. Ke desa-desa yang lebih dalam. Hatinyi teriris-iris. "Kemiskinan desa ini luar biasa parahnya," kata Rifda.

Di situlah Rifda membangun Kampung Agrinex. Dia beli tanah satu tahap demi satu tahap. Akhirnya mencapai 25 hektare. Dia tanam berbagai pohon buah tropis. Kini sudah mulai berbuah. Dia bangun villa-villa. Bisa untuk 100 orang lebih.

Dia jadikan Kampung Agrinex itu sebagai kampung wisata agro. Dia berdayakan orang-orang di desa miskin itu.

Ayahnya sudah beberapa kali ke Kampung Agrinex. Sang ayah bangga pada putrinya. Di antara 10 anak, Rifda lah yang paling dicinta.

Dulu sang ayah suka berkebun di Ternate. Rifda selalu ikut berkebun. Dia dapat bagian memelihara kebun itu.

Pun waktu liburan. Ketika adik-kakaknyi liburan ke Jawa. Rifda justru ke kebun. Itulah yang membuat Rifda tidak pernah ke Jawa di masa remajanyi.

Sejak awal saya sudah melihat berita lelang Widi itu hanya akan bikin ramai di media. Pulau tidak bisa dilelang. Pulau bukanlah barang. Pulau adalah bagian dari tanah air suatu negara.

Setidaknya lelang Widi itu telah besar manfaatnya: orang jadi tahu gugusan pulau Widi itu ada. Masuk Kabupaten Halmahera Selatan. Dekat Pulau Bacan. Indahnya tak terpermanai.

Berita lelang Widi telah jadi penggerak. Siapa tahu Bandara Oesman Sadik di Bacan akan diperpanjang. Menjadi 2.400 meter. Agar pesawat dari Makassar atau Manado bisa langsung ke Bacan. Sekarang ini panjang landasan pacu Oesman Sadik hanya 1.000 meter. Padahal dari Bandara Bacan lebih dekat ke Widi dibanding dari Bandara Sorong ke gugusan pulau Raja Ampat.

Hanya saja penduduk Pulau Bacan yang hanya 20.000 jiwa belum bisa mendukung dibangunnya bandara besar. Kecuali begitu banyak turis yang ke sana.

Batalnya lelang Widi tentu sangat menggembirakan orang seperti Rifda. "Saya dengar tidak hanya lelang dibatalkan. Pemda akan membatalkan izinnya," ujar Rifda.

Apakah Rifda berminat mengelola Widi? "Pasti dong," katanyi.

Apalagi proyek Kampung Agrinex  yang di pedalaman Banten itu sudah terealisasi. Saya belum pernah ke kampung Agrinex itu. Tentu saya ingin ke sana. Apalagi kalau bisa bersama para komentator perusuh Disway . Beserta jamaahnya. Siapa tahu makan buah tropik Agrinex bisa menjinakkan mereka. (Dahlan Iskan)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 14 Desember 2022: Lelang Widi

Mirza Mirwan

Saya tengak di situs Sotheby's sudah tak ada lagi penawaran kepulauan Widi. Entah kenapa. Padahal penutupannya masih tgl. 14 Desember -- artinya sampai besok siang pukul 12 WIB. Yang ada (dari Indonesia) hanya penawaran patung-patung kayu dari Dayak, yang ditawarkan antara $8.000 sampai $20.000. Karena tak dapat melihat deskripsi penawarannya, saya tidak tahu yang ditawarkan itu fisik kepulauan atau saham PT LII, pemegang kuasa pengelolaan kepulauan di Laut Halmahera itu. Natalia Kira Catherine, CEO PT LII, bilang "hanya mencari investor melalui mekanisme lelang bekerjasama dengan Balai Lelang Sotheby'". Tetapi yang ramai dalam pemberitaan adalah "pelelangan kepulauan Widi". Jangan-jangan deskripsi penawarannya memang begitu. PT LII memegang kuasa pengelolaan kepulauan Widi melalui MOU dengan Prov. Maluku Utara dan Pemkab. Halmahera Selatan sejak 2015. Tetapi sampai kini, kata Bupati Usman Sidik, PT LII tidak melakukan kegiatan apapun. Kalau sekadar mencari investor, melalui lelang sekalipun, tentu tidak masalah. Yang menjadi masalah ialah sampai sekarang PT LII belum pernah mengajukan permintaan PKKPRL -- Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut -- ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Yang bilang begitu sang dirjen sendiri, Victor Gustaaf Manoppo. Ruwet jadinya. Yang jelas, bahkan sebelum pembukaan lelang, Kodim 1509/Labuha, Halsel, sudah menempatkan personelnya di Widi.

 

Pryadi Satriana

Ada beberapa kesalahan konseptual mendasar yang perlu diluruskan. Pertama, istilah 'dilelang' tidak tepat! Pengertian 'DILELANG' adalah 'DIJUAL kepada penawar tertinggi oleh pejabat lelang. PT LII BUKAN PEMILIK PULAU, sekadar punya 'hak pengelolaan'. Karena kekurangan modal, PT LII mau mencari 'partner' untuk menjalankan 'hak pengelolaan' itu. Kedua, 'hak pengelolaan' tidak bisa disahamkan, yg bisa disahamkan adalah PT LII. Jadi, PT LII

 

Pryadi Satriana

(sambungan) mestinya menjual sahamnya bukan 'hak pengelolaan', dan itu dilakukan di bursa dan bukan balai lelang! Sekarang tentang tulisan Dahlan Iskan: "Jadi lelang itu jual pulau atau jual saham? Apa bedanya?" Ungkapan di atas sangat provokatif. Mestinya Dahlan tahu, mosok seorang Prof. Dr. (HC) yang sudah keliling memberi kuliah umum di universitas2 ndhak tahu. KALAU MEMANG NDHAK TAHU, BERHENTI AJA MEMBERI KULIAH UMUM, apalagi kalau diberikan ke fakultas ekonomi & bisnis. Malu-maluin, Pak! Kalau memang ndhak tau malu ya terusin aja! Saran saya: Bapak bisa keliling2 ngajari senam ke ibu-ibu PKK. Salam. Rahayu.

 

Jimmy Marta

Santai sajalah dg isu ini. Tidak masalah, jual saham atau ganti pemilik. Jualnya mau di bursa efek atau marketplace boleh saja. Mau lelang online atau di sotheby, silakan. Kalau mau lebih hebat, dibuat ala Hongkong saja. Sewa sekian puluh tahun. Setelah maju kembali ke pangkuan ibu. Toh dikita kemampuan untuk membangun sangat lemah. Jangan kan pulau 3T, yg terdalam sekalipun masih ada yg belum maju. Begitupun soal konsesi2 an. Ingin 10.000ha atau berapa tahun no problem. Toh konsesi KCJB yg dibuat jadi 80 tahun, LBP gk masalah.

 

Mirza Mirwan

Bagi pembaca CHD yang punya barang antik, entah itu terompah Nabi Adam, kutangnya Cleopatra, gelang Ratu Balqis, anggur peninggalan Firaun, pedang peninggalan Gajah Mada, dan barang antik lainnya, silahkan menjualnya lewat Sotheby's. Gak perlu di Sotheby's New York, London, Hongkong, atau kota-kota mancanegara lainnya. Cukup di Sotheby's Jakarta. Anda hanya dikenakan komisi 10% dari harga jual. Jadi kalau keris Mpu Gandring, misalnya, laku terjual Rp1triliun, anda masih menerima Rp900miliar. Anda juga bisa menjualnya lewat Christie's. Juga ada di Jakarta Balai lelang yang ini lebih muda 22 tahun ketimbang Sotheby's -- Christie's berdiri 1766, Sotheby's 1744. Tetapi persentase komisi di Christie's beda dengan di Sotheby's. Di Christie's kalau kalau tongkat Mak Lampir laku terjual Rp500juta, misalnya, komisinya 20% (Rp100juta).

 

Leong putu

Tangan kotor langsung dibasuh / Badan kotor langsung mandi / Mungkin mereka para perusuh / Sedang ikut lelang pulau widi / ... @lelangperusuh

 

Jimmy Marta

Baju kumuh langsung dibuang/ Dipilah mana yg sudah usang/ Kalaulah perusuh ikut lelang/ Pastilah tabungannya tidak terbilang

 

Jimmy Marta

Indah dan elok si pulau Widi/ Bikin hati sungguh terpesona/ Sudah nengok kanan sampai kiri/ Tapi perusuh entah dimana #pantunrusuh

 

EVMF

Padahal Sotheby sudah melakukan siaran pers pada tanggal 26 November yang lalu. NEW YORK, UNITED STATES, November 26, 2022 /EINPresswire.com/ -- Sotheby Concierge Auctions (SCA) ingin mengklarifikasi detail mengenai layanan pemasaran kepada kliennya PT. Leadership Islands Indonesia (LII) perusahaan yang memegang izin secara eksklusif untuk mengembangkan suatu kawasan di Kepulauan Widi, Maluku Utara, Indonesia. ............ Sotheby telah dengan jelas menyatakan melalui website dan siaran persnya kepada komunitas internasional bahwa berdasarkan hukum Indonesia pulau-pulau di Indonesia adalah sepenuhnya kedaulatan negara Republik Indonesia dan tidak dapat diperjualbelikan. ............ Dalam 48 jam terakhir terdapat beberapa media yang telah salah menafsirkan berita mengenai proses lelang tersebut dengan menulis artikel yang tidak akurat yang mengklaim bahwa LII, bersama dengan Sotheby Concierge Auctions sedang “melelang pulau-pulau di Indonesia”. Pernyataan ini sama sekali tidak benar. ............ Emily Roberts Sotheby's Concierge Auctions

 

Jimmy Marta

Balai lelang christy ada di london/ Bawalah koper jika mau ikut main/ Jika barang mau harga diskon/ Belilah sebelum hari Senin

 

Leong putu

Kayu jati harganya tinggi / Kalau beli berapa ton ?/ NKRI harga mati / Pulau Widi harga diskon ?/ ... 365_mantun diskon

 

Jimmy Marta

Luca Modric sudah terlalu lelah. Dua pertandingan sebelumnya berturut turut mereka main lebih dari 120 menit sampai adu pinalti. Saat lawan Jepang dan Brazil, benteng pertahanan Kroasia terlihat solid. Kolektivitas mereka sungguh padu. Di turnanen panjang seperti piala dunia, daya tahan dan stamina sangat diuji. Apalagi ini mainnya dinegeri gurun pasir. Sementara dikampung nya sendiri sedang bergelimang salju. Messi mungkin sebaya dg Modric. Dua2 nya kapitan veteran. Saat teknik dan pengalaman seimbang, taktik strategi jadi penentu. Irama Tango mungkin lebih merdu dari musik Mozart. Gaya serang latin yg biasanya penuh peragaan individu. Namun untuk laga penting, Argentina sedikit beda. Diawal terlihat lebih menunggu dan saat tepat serang dg cepat. Mematikan. Kroasia habis, eh belum. Masih boleh rebutan juara 3. Selamat untuk Argentina. Nanti malam lawan anda ditentukan. Itu mungkin Perancis #fans tipis tipis

 

Johannes Kitono

Kalau dilihat dari fotonya Kepulauan Widi memang indah. Pulau hijau asri yang dikelilingi pasir putih. Bak bunga baru mekar pagi belum dijamah si kumbang. Sayang akses kesana harus terbang 2,5 jam dari Bali. Cukup mahal bagi penggemar hobby diving. Dan pemandangan paling indah didunia bagi para diver bukan didarat, justru ada dibawah laut. Menyelam sambil melihat gerombolan ikan berenang sambil bercengkrema. Saat nyelam malam hari dengan senter Toshiba bisa melihat lobster berpasangan berkejaran diatas hamparan pasir putih. Kalau melihat ikan gendut yang berenangnya lemot. Itu pasti ikan buntal atau di Jepang namanya Fugu. Harga seporsinya tinggi dan harus disajikan oleh koki berlisensi. Salah potong dan dimakan bisa langsung seperti harakiri. Semua keindahan bawah laut itu sudah ada di Gili Terawangan Lombok, Pulau Pisang di Banda, Bunaken di Manado. Dan tentu saja di Hidden Paradise Amed, Shipwreck Liberty Tulamben dan Pulau Taopekong di Candi Dasa, Bali. Apakah Pulau Widi punya "inner beauty" yang lebih cantik dari Bali sampai harus cari investor di Balai Lelang Sotheby. Mungkin Rifda dan Natalia Kira Catherine, Ceo LII bisa tahu jawabannya.

 

neng bonita

3th lalu saya pernah menyusuri sekitaran halmahera selatan, sayang sekali cm smp kepulauan lelei, dan sempat mampir ke pulau kayoa yg ternyata jg punya tugu khatulistiwa mini krn memang pas lokasinya di ekuator. Yg paling kaget di sana bs ketemu keluarga perantau dr sukoharjo yg berdagang bakso dan pentol. Sekitar ternate akan berjumpa pulau2 kecil yg berawalan M (maitara, mare, makian, moti) Di sana saja sudah sangat cantik dengan laut yg super jernih. Sepertinya harus sempatin waktu lagi utk kembali ke sana khusus ke widi  

Kategori :