Orang Islam Gus Yahya mengaku tidak setuju jika tentara Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) disebut sebagai kelompok di luar Islam. Menurut Gus Yahya, tentara ISIS adalah orang-orang Islam.
Fiqih yang mereka anut sama dengan Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu fiqih empat mazhab.
Persoalannya, ISIS sangat bersikukuh membalas invasi Amerika dan memerlukan ideologi yang cukup kuat untuk melakukan itu.
Lalu mereka menemukan sesuatu di dalam turats (fiqih klasik) dan memaksakan penerapan di dalam praktiknya. Walhasil, semua pakai dalil. Mulai dari potong tangan, perbudakan, bahkan membunuh atau menghukum mati.
5. Mayat Teroris
Gus Yahya bercerita pernah diundang oleh Duta Besar Inggris di Jakarta untuk ikut di dalam gerakan menolak menshalati mayat para teroris. Tetapi Gus Yahya dengan tegas menolak.
Bahkan ia berani menantang, apabila ada teroris di Inggris mati dan tidak ada satupun orang yang mau menshalati, maka Gus Yahya akan datang untuk shalat mayit. Sebab teroris yang dimaksud itu adalah Muslim. Kalau tidak dishalati, seluruh umat Islam di dunia ikut berdosa.
6. Islam Moderat
Selanjutnya, Gus Yahya mengkritik konsep Islam moderat.
Ia menyebut wasathiyah adalah konsep omong-kosong, karena seolah-olah ada Islam yang ghairu wasathiyah (tidak moderat). Dalam asumsi Gus Yahya, Islam moderat itu berarti berislam dengan hanya 50 persen.
Konsep itu rentan disanggah oleh orang-orang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan konsep Islam kaffah, Islam yang bulat, Islam 100 persen.
Mereka bilang, Islam moderat itu hanya 50 persen. Kalau begitu, Gus Yahya pun enggan memilih menjadi Islam yang hanya 50 persen itu.
7. Membela Muslim
Berikutnya, aturan fiqih ketika terjadi konflik maka setiap Muslim wajib membela sesama umat Islam dan memerangi pihak yang memerangi kelompok Islam.
Tetapi bagi Gus Yahya, apabila aturan itu tetap dilakukan saat ini maka akan dunia akan runtuh, tetapi kalau tidak dilakukan aturan fiqihnya mengatakan begitu.
Masalah-masalah di atas itu, ditegaskan Gus Yahya, harus diakui sebagai masalah. Bahkan ia mengajak seluruh pihak untuk membicarakan masalah-masalah itu kepada dunia, agar kelak mendapatkan solusi demi membangun peradaban yang mulia di masa depan.