Joko Tingkir dan Shalawat Asyghil

Senin 13-02-2023,04:00 WIB
Oleh: Arif Afandi

Kiai yang berhidmah dari NU Jawa Timur ini juga menyampaikan pidato dengan amat kuat. Lancar, runtut dan pesan yang jelas. Hari itu, Kiai Mif –demikian biasa dipanggil– tidak seperti kiai sehari-hari sebelumnya. 

Orkestra shalawat asyghil membuat penutup perhelatan harlah seabad NU makin haru biru. Menjadikan perhelatan ini tidak tampak sebagai hura-hura. Membuat perhelatan ini sebagai laku spiritual yang mengaduk emosi siapa saja yang masih mempunyai hati.

Shalawat yang diyakini kaum Nahdliyin sebagai doa terhindar dari kedzaliman ini membikin air mata mengalir. Mengaduk-aduk rasa, antara kepasrahan dan spirit untuk bekerja lebih cerdas, lebih keras, dan lebih ikhlas. Seperti pesan kuat yang disampaikan Gus Yahya Staquf

Shalawat ini dilantunkan 4 anak pemenang lomba. Dua dari keempat anak itu penyandang disabilitas. Keduanya dikaruniai Tuhan tidak bisa melihat. Keempat anak itu adalah Azzam Mukjizat, Majda, Sayed Syauqi Alaidrus, dan Yasmin Najma.

Dari mereka, lantunan Shalawat Asyghil menghipnotis jutaan orang yang mendengarkan. Mereka memiliki suara jernih ketika melantunkan pujiannya atas Nabi. Kebeningan suara dan hati keempat anak ini klop dengan aransemen yang syahdu dan apik karya Addie MS.

Tak ada karya yang mampu membuat menangis banyak orang tanpa diciptakan melalui hati. Apalagi terkait musik religi. Rupanya ini yang terjadi pada pimpinan Twilite Ochestra.  

“Beberapa kali mataku basah saat menulis aransemen Shalawat ini. Ada getaran yang mengharukan saat merangkai harmoninya. Ada rasa yang sulit dijelaskan saat merajut orkestrasinya,” katanya.

Persembahan shalawat Asyghil di akhir resepsi itu menjadi pengantar doa pamungkas yang disampaikan Wapres KH Ma’ruf Amin. Begitu doa selesai dipanjatkan, adzan Subuh berkumandang dari Masjidil Haram. Tepat setelah Kiai Ma’ruf yang mantan Rais Aam PBNU selesai salam.

Hari itu, Subuhku menjadi subuh paling istimewa sepanjang hidup. (*)

Kategori :