BANDUNG, DISWAY.ID-- Pemprov Jawa Barat terus mengupayakan usulan kembali Inggit Ganarsih menjadi Pahlawan Nasional.
Sejumlah persyaratan yang diterapkan pemerintah pusat terus dipenuhi dengan tenggat waktu palig lambat 31 Maret 2023.
Ketua Dewan Pengkajian dan Penetapan Gelar Daerah (P2GD) Jabar Reiza D. Dienaputra menyebut bahwa dalam pemetapan pahlawan nasional, pemerintah menetapkan sejumlah persyaratan ketat baik adminstrasi maupun literatur lainnya.
BACA JUGA:Tim Pengusul Golok Banten Go UNESCO Temui Wali Kota Serang
"Sehingga penetapan gelar pahlawan itu tidak bisa hanya karena katanya atau konon kabarnya. Nah persyaratan itulah yang sedang kita susun dan lengkapi saat ini dalam rangka pengusulan Inggit Garnasih menjadi pahlawan nasional," jelas Reiza dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis 16 Februari 2023.
Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinsos Jabar Elis Kartini menyampaikan, batas akhir pengusulan gelar pahlawan nasional paling lambat 31 Maret 2023.
"Kementerian Sosial menetapkan setiap tahun batas akhir pengusulan gelar pahlawan itu tanggal 31 Maret. Nah kami mohon dukungan dari semua, sebelum batas akhir tersebut, pengusulan Inggit Garnasih sebagai pahlawan nasional sudah bisa diserahkan ke Kementerian Sosial," ujar Elis.
Menurut Elis, nama Inggit Garnasih sebenarnya sudah diusulkan dua kali, yaitu tahun 2008 dan tahun 2012. Namun karena kekurangan pernyaratan akhirnya ditunda.
"Nah baru tahun ini kita akan usulkan lagi atas permintaan dari Ibu Megawati Soekarnoputri (Presiden RI ke-5) beberapa waktu lalu," ucapnya.
BACA JUGA:Camping Ground di Tangerang Volunteer Park Dibuka Untuk Umum
Elis menambahkan, sejak tahun 1963 hingga sekarang sudah ada 14 pahlawan nasional yang ditetapkan berasal dari Jawa Barat.
Diketahui, sosok perempuan Jawa Barat Inggit Garnasih (1888 - 1984) dipandang sangat layak menjadi pahlawan nasional ditinjau dari kiprah Inggit selama mendampingi Soekarno.
Menurut Reiza, dari awal mendampingi Bung Karno, kiprah Inggit sangat besar bagi perkembangan pribadi Bung Karno.
"Membantu Bung Karno menyelesaikan pendidikannya hingga bergelar insinyur, ikut mendirikan PNI (Perserikatan Nasional Indonesia) hingga rela ikut dibuang atau diasingkan ke Ende dan Bengkulu," papar Reiza yang juga sejarawan Universitas Padjadjaran ini.