Inilah 12 Tradisi Jelang Puasa Ramadan di Berbagai Daerah Indonesia: Ada Balimau Hingga Jalur Pacu, Apa Maksudnya?

Rabu 22-03-2023,11:33 WIB
Reporter : Subroto Dwi Nugroho
Editor : Dimas

Di Surabaya, menjelang Ramadhan ada tradisi yang disebut ‘Megengan’. 

Konon, tradisi ini dimulai dari kawasan Ampel, di sekitar Masjid Ampel, Surabaya. 

‘Megengan’ ditandai dengan makan apem, semacam serabi tebal berdiameter sekitar 15 senti, dibuat dari tepung beras. 

Apemnya nyaris tawar, seperti kue mangkok yang dipakai warga keturunan Tionghoa untuk sembahyangan menjelang Imlek.

Diduga nama apem atau apam berasal dari kata afwan dalam bahasa Arab yang berarti maaf. 

Tradisi makan apem ini untuk memaknai permintaan maaf kepada sesama saudara, kerabat, dan teman. 

Sebetulnya, yang terjadi bukanlah sekadar tradisi makan apem, melainkan melaksanakan selamatan atau tahlilan dengan hidangan apem dan pisang raja untuk mendoakan arwah saudara dan kerabat yang telah meninggal, sekaligus minta maaf. 

Setelah tahlilan, apem dan pisang dibagikan kepada semua keluarga dan tetangga.

Nyadran (Jawa)

Biasanya dilakukan setiap hari ke-10 pada bulan Rajab. Acara diawali dengan doa bersama (tahlil) yang dipimpin sesepuh dusun setempat. 

Dalam doa itu mereka bersama-sama memanjatkan doa untuk kakek, nenek, bapak, ibu, serta saudara-saudara mereka yang sudah meninggal.

Seusai berdoa, semua warga lantas menggelar genduren (kenduri) atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. 

Tiap-tiap keluarga membawa makanan sendiri. Uniknya, makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambar goreng ati, mangut, urap sayuran dengan lauk rempah, perkedel, tempe tahu bacem, dan lain sebagainya.

‘Nyadran’ atau ‘Sadranan’ berasal dari kata Sodrun yang artinya gila atau tidak waras. 

Pada masa sebelum datangnya walisongo, masyarakat di Pulau Jawa banyak yang masih menyembah pohon, batu, bahkan binatang, dan itu dianggap tidak waras.

Ketika itu mereka menyembah sambil membawa sesaji berupa makanan dan membaca mantra-mantra. Kemudian datang para walisongo yang meluruskan bahwa ajaran mereka salah, yang wajib disembah hanya Allah SWT.

Kategori :