JAKARTA, DISWAY.ID -- Organisasi Muhammadiyah telah menetapkan hari raya Idul Fitri atau 1 Syawwal 1444 Hijriyah jatuh pada 21 April 2023. Kenapa demikian?
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta kepada masyarakat Indonesia untuk berlapang dada terkait putusan yang dibuat organisasinya.
Menurutnya, penetapan hari raya Idul Fitri 1444H atau Lebaran 2023 merupakan ranah hukum yang perlu dihormati, yakni ijtihadiyah.
“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nadi perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” terang Haedar.
Seperti diketahui metode penetapan kriteria hilal yang dilakukan Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah Indonesia.
Jika Kementerian Agama sepakat dengan kriteria MABIMS, maka Muhammadiyah menetapkan metode hisab hakiki wujudl hilal.
Mengutip salinan artikel Universita Muhammadiyah Kotabumi, kriteria dengan metode ini adalah telah terjadi ijtimak (konjungsi).
BACA JUGA:Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 23 Maret dan Idul Fitri 21 April 2023 : Umat Tidak Perlu Heboh
Yaitu pada saat terbenam matahari, bulan belum terbenam; dan pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk.
Menjadikan keberadaan Bulan di atas ufuk saat matahari terbenam sebagai kriteria mulainya bulan komariah baru merupakan abstraksi dari perintah-perintah rukyat dan penggenapan bulan tiga puluh hari bila hilal tidak terlihat.
Bahkan, dengan metode hisab hakiki wujudl hilal dapat menetapkan tanggal satu momen penting lainnya dalam Islam, yakni 1 Zulhijjah.
Dengan begitu, Muhammadiyah juga telah menetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada Senin, 19 Juni 2023.
BACA JUGA:Harapan Erick Thohir ke Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2023: Berjuang Untuk Harga Diri Bangsa!
Berbeda dengan metode kriteria baru MABIMS yang selama ini dilakukan Kementerian Agama.