"Sekali lagi bukan nggak ada hilal, ya, tapi terhalang karena tidak kelihatan. Yang menggunakan hisab, nggak melihat itu sudah," jelasnya lagi.
"Ada pendapat sedikit sebenarnya itu dari ulama yang membolehkan hisab itu. Hukum asalnya tetap rukyatul hilal (melihat hilal).
Ustaz Syafiq menegaskan, jika ingin aman dalam menentukan hari raya Idul Fitri 2023, maka tetap berpatokan pada hukum asalnya, melihat hilal (rukyatul hilal).
"Apa sikap kita sekarang? Karena Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam sudah memberi patokan kepada kita, maka kita ikut itu.
"Kalau memang mendung nggak kelihatan, namun secara hitung-hitungan itu masuk, ya kita jaga puasa (lengkapi 30 hari).
"Loh, antum gimana puasa, ini Idul Fitri sudah, kadang-kadang seperti itu. Iya, itu Idul Fitri menurut hitungan (hisab).
BACA JUGA:Rocky Gerung Sebut Nasib Firli Bahuri di KPK Bisa Tragis, Kepentingan Besar Terendus
"Menurut yang diperintahkan Nabi untuk melihat (hilal), belum (nampak)," imbuh Ustaz Syafiq.
Kata Ustaz Syafiq, jangan heran ketika melihat bulan di hari ketiga atau lebih, posisi bulan sudah terlihat besar.
Jika hilal terhalang dalam kondisi tertentu seperti mendung, atau memang belum terlihat, maka kembali mengikuti arahan Nabi.
"Makanya kadang kala, hari ketiga itu bulan itu sudah besar (pergeseran cahaya matahari terhadap bulan). 'Wohh iyo, kita kayaknya salah nih'. Ndak, ndak salah. Karena kita mengikuti arahan Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam.
BACA JUGA:Kenapa Bangun Tidur Kepala Pusing? 5 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya
"Kalau nggak kelihatan, kan, selesai, sama kalian nggak kelihatan, kan, aman. Memang ya sudah nggak kelihatan gitu, loh. Berarti kita lengkapi 30 hari.
"Tapi ini mendung. Mendung itu memungkinkan hilalnya ada dan secara hitungan mungkin lahir (nampak hilalnya). Tapi kita tetap ngikuti, lengkapi 30 hari," tukas Ustaz Syafiq.
Berlapang Dada