Salah satu inti dari NED adalah IRI, yang biasa bekerja dengan the National Democratic Institute (NDI), untuk operasi perubahan rezim di luar negeri.
Ada bocoran dokumen bahwa perwakilan IRI, the International Foundation for Electoral System (IFES) dan The Asia Foundation (TAF) bertemu dengan pejabat tinggi Kedutaan Besar AS di Jakarta, pada Juni 2022, mendiskusikan prospek hasil pemilu dan pilpres 2024.
Namun, laporan tersebut dibantahkan oleh Juru Bicara Kedutaan Besar AS di Jakarta, Michael Quinlan. Bahkan dia mengatakan bahwa laporan tersebut hoax atau tidak benar.
Michael Quinlan pun mengkonfirmasi bahwa pihaknya tidak pernah ikut campur dalam urusan pemilihan umum 2024 di Indonesia.
Akan tetapi, bantahan Michael Quinlan mendapat perhatian khusus dari Satrio Arismunandar.
Dia mengatakan bahwa hal itu tersebut merupakan haknya untuk membantah terkait laporan tersebut.
“Namun, bocoran dokumen yang saya peroleh memang mendukung laporan MintPress News, tentang adanya campur tangan AS lewat LSM-LSM seperti IRI sebagai proksi,” tuturnya.
LSM AS terindikasi mencoba untuk engkader para politisi yang berpotensial jadi elite politik di parpol, agar nantinya bersikap pro-kepentingan AS.
Oleh sebab itu, Satrio mengingatkan, partai politik peserta pemilu tidak boleh jadi boneka pihak asing.
Disisi lain, Wakil Ketua Umum Gerakan Bhinneka Nasaionalis (GBN) yang juga Dewan Pakar DPP PA GMNI, Bob Randilawe, mengatakan, setiap negara memiliki kepentingan atau national interest, apalagi Amerika Serikat sebagai negara adidaya.
AS tentu saja ingin tetap mengendalikan dominasinya terhadap ekonomi, persenjataan, dan kawasan.
“Bahkan, Joseph Stiglitz mengatakan kalau nggak ada perang Amerika itu runtuh sebagai negara adidaya. Maka dari itu, gerakan negara-negara BRICS yang dimotori PM India Narendra Modi bahwa ke depan perdamaian dunia itu harus didasari kemanusiaan bukan perang. Nah, ini antitesa terhadap Amerika,” ujar Bob.