Intoleransi dan Kemandulan Ekonomi Indonesia

Sabtu 30-09-2023,17:33 WIB
Oleh: Salamun Ali Mafaz

Kegelisahan para pelaku usaha ini pada akhirnya mengadukan nasibnya kepada ketua umum PKB yang juga cawapres dari pasangan AMIN yaitu Gus Muhaimin Iskandar. Secara institusi sebagai Wakil Ketua DPR RI, Gus Muhaimin menyampaikan bahwa keputusan pemerintah melarang masyarakat berjualan di online shop salah satunya TikTok shop adalah keputusan yang gegabah karena bisa menghentikan perputaran bisnis secara tiba-tiba.

Gus Muhaimin melakukan pembelaannya kepada pelaku usaha ini karena faktanya saat ini ada sekitar 13 juta pelaku usaha yang menjual dagangannya secara online. Karenanya Gus Muhaimin meminta pemerintah agar melihat kondisi para pelaku usaha saat hendak mengeluarkan kebijakan. Gus Muhaimin meminta pemerintah melibatkan para pelaku usaha dalam membuat kebijakan. Maka dari itu kebijakan pemerintah hendaklah harus didasarkan pada, pertama, membangun industri berbasis industri pangan, industri perikanan/kelautan, kehutanan, dan energi. Bukan industri yang mengandalkan impor tinggi yang dibiayai utang. Kedua, memprioritaskan rakyat, petani, nelayan, koperasi, atau usaha kecil sebagai subjek pembangunan. 

Saya kira pembelaan Gus Muhaimin merupakan sikap maju yang terus mendorong para pelaku usaha melakukan inovasi dalam berjualan. Tidak tepat rasanya kalau dibenturkan dengan pelaku UMKM manual yang selalu teriak merugi akibat adanya e-commerce ini. Justru para pelaku usaha yang masih manual ini perlu dibimbing dan diberikan pelatihan-pelatihan agar melek digital sehingga mempermudah mereka dalam berjualan. Kepedulian Gus Muhaimin kepada para pelaku usaha ini berbanding kebalik dengan sikap menteri kabinet Jokowi yang terlihat mandul tidak siap dengan perkembangan dunia yang semakin canggih dan serba digital.   

Saat ini kita butuh figur bangsawan sejati. Figur yang dapat mengaminkan harapan rakyat, figur yang akan menghendaki perubahan mempunyai jiwa kebangsaan, mempunyai kesadaran tinggi bahwa semenjak awal berdirinya, bangsa ini dibangun tidak di atas pengutamaan satu kelompok suku, ras, kelas sosial atau agama apapun di atas kelompok lainnya. 

Terakhir saya tutup dengan sebuah ungkapan "Fa tasyabbahủ in lam takủnủ amtsἁlahum. Inna at-tasyabbuha bi ar-rijἁli falἁh.” (Tirulah mereka meskipun engkau tidak bisa mencapai derajat mereka. Sesungguhnya, meniru orang-orang besar itu saja sudah suatu kemenangan). Aminkan Indonesia agar lebih baik! (*)

*) Penulis adalah pengamat sosialpreneur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kategori :