
Ia juga mengungkapkan sudah banyak riset mengenai pemanfaatan tandan kosong sawit, namun implementasinya dinilai masih kurang ekonomis. “
Jika dilakukan secara terintegrasi mungkin bisa lebih ekonomis. Sebab, proses pengolahannya bisa menghasilkan produk-produk turunan lain yang bernilai ekonomi.
BACA JUGA:TelkomGroup Bangun Hyperscale Data Center, Pakai Energi Terbarukan dan Ramah Lingkungan
Dwi juga menyoroti pengembangan biomasa untuk co-firing dan biogas yang menghadapi tantangan serupa.
Sejauh ini, pengembangan power plant berbasis biomassa sudah ada di pulau-pulau yang jauh dari pulau lainnya, seperti misalnya di Mentawai.
“Di sana menggunakan bambu, tentu saja tantangannya ada pada harga dan kebijakan. Selain itu, pembangkit listrik hanya bisa menggunakan 5%-10% biomassa saja,” ucapnya.
Begitu juga dengan pengembangan biogas yang masih terbatas, yang pencapaiannya masih selalu di bawah target, bahkan tak mencapai 50% target.
Menurut Dwi, potensi terbesar pengembangan biogas ialah dengan memanfaatkan Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah cair kelapa sawit.
“Limbah cair itu jika dibiarkan terbuka akan menghasilkan gas metana (yang termasuk GRK) dalam jumlah besar. Yang kita lakukan ialah menangkap gas metana lalu mengubahnya menjadi biogas untuk energi listrik,” papar Dwi.
Agar prosesnya lebih murah, sudah dikembangkan model covered lagoon di PTPN V, Riau. Begitu juga perusahaan di Kalimantan yang sudah memanfaatkan biogas untuk kendaraan operasional mereka.
Dwi menambahkan, dalam skala kecil, biogas sudah mulai dikembangkan di peternakan-peternakan sapi perah, misalnya dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas untuk memasak.
“Saya rasa, tantangan ini menjadi tantangan kita semua, baik dari kami peneliti, dukungan industri, regulasi serta insentif pemerintah, hingga partisipasi publik,” sambungnya.
BACA JUGA:Sarana Edukasi Kendaraan Ramah Lingkungan, Muhammadiyah Dapat 10 Unit Motor Listrik ALVA
Sementara itu, Putri Khoirunnisa, Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) mengamini pendapat Dwi.
Mewakili generasi muda, ia berjanji akan terus menggaungkan pentingnya pengembangan EBT demi ketahanan energi Indonesia, yang bahkan bisa jadi solusi bagi dunia.