BACA JUGA:Bikin Terenyuh, Ini Pesan Jokowi Kepada Anak dan Para Menantunya Usai Kaesang Menikah
Lebih lanjut, Erina menuturkan bahwa mulanya Kawasaran dilakukan untuk menjalankan ritual Mahsasau.
Adapun, kawasaran berarti melindungi tanah hingga kehidupan.
"Kawasaran terdiri dari kata 'kawak' yang berarti 'melindungi' dan 'asaran' yang berarti 'sama atau berlaku seperti' artinya, Kawasaran menjadi sama seperti leluhur di masa lalu, menjadi pelindung tanah, pelindung negeri, pelindung kehidupan," ujarnya.
Adapun bagian dasar baju adalah kayu alam yang diikat dengan kain tenun pampele dan dipadu-padankan dengan kain tenun kaiwu patola.
Tata busana dan aksesori dibuat mengacu pada sustainable fashion dan tidak menggunakan materi hewan asli.
Erina mengungkapkan alasan ia dan Kaesang memakai baju adat ini.
Salah satunya untuk menghormati para kesatria bangsa.
"Kami memakai baju kawasaran sebagai lambang penghormatan kami kepada para WARANEY (ksatria) bangsa yang telah berjuang melawan penjajah. Kami nyalakan jiwa muda ksatria WARANEY untuk melanjutkan perjuangan memajukan bangsa," ungkapnya.
Warna busana yang digunakan dalam tarian ini adalah merah.
Sementara hiasan kepala para penari ini terbuat dari kain ikat kepala yang diberi hiasan bulu ayam jantan, bulu burung Taong dan burung Cendrawasih.
Ada juga hiasan tangkai bunga kano-kano atau tiwoho.
Hiasan ornamen lainnya yang digunakan adalah lei-lei atau kalung-kalung leher, wongkur penutup betis kaki, rerenge’en atau giring-giring lonceng yang terbuat dari kuningan.
Para penari yang mengenakan pakaian serba merah ini biasanya selalu menampilkan mata melotot, wajah garang, diiringi tambur sambil membawa pedang dan tombak tajam.