Menjadi konglomerat Indonesia tak lepas dari Usaha kerja keras yang dilakukan Prajogo Pangestu.
Pangestu lahir 13 Mei 1944 di Sambas, Kalimantan Barat ini merupakan putra seorang pedagang karet.
Karena kondisi ekonomi keluarganya ia hanya bisa menamatkan SMP dan karena kondisinya ini Pangestu berpikir untuk mencari pekerjaan.
Ia pun kemudian mengadu nasib ke Jakarta, tetapi gagal dan kembali ke kampung halaman.
BACA JUGA:BPS Catat Harga Beras Mulai Turun, Cabai Rawit Naik Tinggi
BACA JUGA:8 Tahun Ninja Xpress, Kuatkan Komitmen Mendukung UKM Indonesia
Pangestu tak menyerah begitu saja, dan bekerja menjadi sopir angkot.
Setelah beberapa saat menjadi sopir angkot, Pangestu mengawali kariernya di dunia bisnis pada tahun 1960an.
Pangestu memulai bisnis kayunya pada akhir 1970an dan diberi nama Barito Pacific Timber.
Pada tahun 1993 dan mengganti namanya menjadi Barito Pacific setelah usahanya melebarkan sayapnya ke industri lain.
Perusahaannya, Barito Pacific Timber, go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga berdagang di Bursa Efek Indonesia.
BACA JUGA:Lowongan Kerja di BUMN: Peluang Karir dan Prospek Masa Depan
Pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di negara ini.
Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.