Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sang-sin Lee selaku seorang ilmuwan politik di KINU bahwa kondisi garis perbatasan selatan sangat memprihatinkan.
“Ini artinya mereka bermaksud memperlakukan masalah NLL sebagai sengketa wilayah di masa depan,” terangnya.
Meskipun menginginkan perang, dalam pidatonya, Kim juga menjelaskan jika pihaknya tidak mau sebagai pemicu.
BACA JUGA:Hasil Grup F Piala Asia 2023: Thailand vs Kirgistan Skor 2-0
BACA JUGA:Profil Pratama Arhan Resmi Bergabung dengan Suwon FC, Tim Kasta Tertinggi K League 1 Korea
Sedangkan Yoon Suk-yeol selaku Presiden Korea Selatan melemparkan kritiknya atas pernyataan Kim.
Yoon mengatakan jika langkah Korea Utara yang mendefinisikan negaranya sebagai negara yang bermusuhan merupakan upaya untuk menunjukan anti-nasional dan ahistoris.
Sejauh ini Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat telah meningkatkan latihan militer gabungan yang dikatakan sebagai latihan invasi di masa depan sebagai respons terhadap uji coba senjata tersebut.
BACA JUGA:Pesawat Korean Air Tabrak Cathay Pasific, Begini Kondisi Penumpang
BACA JUGA:KPK Pulihkan Aset Negara Sebesar Rp525 Miliar di Sepanjang 2023
Robert Carlin yang merupakan mantan pejabat Departemen Luar Negeri dan Siegfried Hecker yang merupakan ilmuwan nuklir meyakini bahwa Korea Utara memang menginginkan perang.
“Dengan kata lain, kami tidak melihat tema persiapan perang di media Korea Utara yang muncul sejak awal tahun lalu sebagai gertakan khas dari Republik Demokratik Rakyat Korea,” jelasnya seperti dilansir oleh aljazeera.