Pilpres Rusia 2024, Vladimir Putin Resmi Presiden Seumur Hidup Mengalahkan Josef Stalin

Senin 18-03-2024,09:07 WIB
Reporter : Subroto Dwi Nugroho
Editor : Subroto Dwi Nugroho

MOSKOW, DISWAY.ID - Vladimir Putin kembali memperpanjang masa jabatan sebagai Presiden Rusia selama 6 tahun, setelah dalam pemilihan umum menang telak terhadap pesaingnya.

Vladimir Putin memimpin dengan perolehan  87 persen suara dalam pemilihan presiden Rusia, menurut data exit poll yang diumumkan oleh Pusat Penelitian Opini Publik Rusia.

Kemudian diikuti Nikolai Kharitonov dari Partai Komunis dengan 4,6 persen suara, dan Vladislav Davankov dari partai Rakyat Baru memperoleh 4,2 persen suara.

BACA JUGA:Heroik! Aksi Petugas Medis Iran Selamatkan Ibu dan Bayi yang Terjebak di Salju

BACA JUGA:Rumor di Kerajaan Inggris, Kate Middleton Menghilang, Pangeran William Diterpa Isu Selingkuh

Sedangkan Leonid Slutsky, pemimpin LDPR (Partai Demokrat Liberal Rusia), memperoleh 3 persen suara, serta  1,2 persen surat suara tidak sah.

Pusat Penelitian Opini Publik Rusia adalah lembaga pemungutan suara milik negara.

Pemilihan umum dilakukan di TPS dan melalui sarana elektronik jarak jauh, dan suara jarak jauh berlangsung di 29 wilayah, termasuk Moskow.

Pemilu tersebut disaksikan oleh 1.115 pengamat dan pakar internasional dari 129 negara.

Hasil ini  membuat berarti Putin yang berumur 71 tahun, akan memulai masa jabatan enam tahun lagi yang membuatnya menyalip Josef Stalin, dan menjadi pemimpin terlama di Rusia selama lebih dari 200 tahun jika ia menyelesaikan masa jabatannya.

BACA JUGA:UNRWA Peringatkan Krisis Kelaparan di Gaza Makin Buruk, Kekurangan Gizi Sangat Akut

BACA JUGA:BP2MI Terima Pemulangan Tiga Jenazah PMI Korban Kapal Tenggelam di Korsel

Putin meraih 87,8 persen suara, yang merupakan hasil tertinggi dalam sejarah Rusia pasca-Soviet, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat Public Opinion Foundation (FOM). 

Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VCIOM) menempatkan Putin pada 87 persen. 

Hasil resmi pertama menunjukkan bahwa jajak pendapat tersebut akurat. Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan negara-negara lain mengatakan pemungutan suara tersebut tidak bebas dan tidak adil karena pemenjaraan lawan politik dan sensor.

Kategori :