JAKARTA, DISWAY.ID - Kebanyakan pria saat melakukan buang air kecil atau kencing dengan posisi berdiri.
Rupanya, hal tersebut tidak sehat dan dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kencing.
dr. Adistra Imam Satjakoesoemah, SpU, FICS selaku Spesialis Urologi Rumah Sakit Abdi Waluyo menjelaskan kalau posisi berdiri saat buang air kecil bisa menyisakan residu air seni atau tersumbat pada bagian otot prostat.
BACA JUGA:Perkuat Dukungan Program Health Tourism, RS Premier Bintaro Gandeng Kerjasama dengan Mercedes-Benz
BACA JUGA:Rahasia Tubuh Kekar Chuando Tan, Model Tampan Berusia Setengah Abad yang Dikira 20 Tahun
" Terkadang bagi pasien yang memang otot prostatnya yang lemah dia bisa tersisa di bagian uretranya atau memang masalah di prostat. (Sisa urin) itu berpotensi mengendap di dalam dan menjadi infeksi saluran kencing," ujarnya saat ditemui di Menteng, Jumat 29 Maret 2024.
Lebih lanjut, dr. Adistra Imam Satjakoesoemah, SpU, FICS mengatakan efek paling parah saat ada residu, atau sisa-sisa air kencing pada saluran bisa mengakibatkan terkena retensi urin atau tidak bisa kencing.
" Efek paling parah saat ada banyak residu atau sisa dari air kencing pada saluran pada beberapa kasus itu bisa terkena resiko retensi urin tidak bisa kencing," ujarnya.
Hal tersebut lantaran bladder atau kandung kemih pada manusia mempunyai kapasitas paling penuh hanya 500 cc.
Sehingga, ketika urin sudah memenuhi kapasitas, maka urin akan kembali naik ke atas dikenal sebagai refluks vesicoureteral (VUR).
BACA JUGA:Ade Rai Bocorkan Manfaat Tersembunyi Merokok, Ini Sebabnya Tubuh Jadi Ikut Santai
BACA JUGA:4 Obat Disfungsi Ereksi Pria yang Sering Diresepkan Dokter, Istri Makin Nempel Bro!
" Jadi bladder kita ini punya kapasitas maksimum 500 cc ke atas biasanya tekanan itu tinggi banget. Ini bejana tertutup, ketika di bawah ini tekanannya tinggi, urin akan naik ke atas atau refluks, intinya aliran urin tidak lancar dari ginjal ke bawah, ginjalnya jadi bengkak," ujarnya.
Sementara itu penderita tumor prostat jinak rentan menyerang pria dengan insidensi mencapai hampir 50 persen, terutama di atas usia 50 tahun.
Oleh karena itu, tak sedikit masyarakat yang berobat ke luar negeri dalam proses penyembuhan.