JAKARTA, DISWAY.ID - Ribuan warga Yordania berunjuk rasa di dekat kedutaan Israel tuntut putus hubungan negara Zionis tersebut.
Demo hari kelima, para demonstran menyerukan pemerintah Yordania untuk membatalkan perjanjian perdamaian, yang sangat tidak populer dengan Israel, dan mengakhiri semua perjanjian lainnya dengan rezim pendudukan.
Demonstran pro-Palestina berunjuk rasa di dekat kedutaan Israel di ibu kota Yordania, Amman untuk hari kelima berturut-turut mengutuk perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang dikepung oleh rezim pendudukan (Israel).
BACA JUGA:Heboh Suplemen ‘Maut’ di Jepang, 5 Meninggal, 100 Orang Gangguan Fungsi Ginjal
Yordania menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel pada tahun 1994 di tengah upaya Amerika Serikat untuk mencapai apa yang disebut sebagai solusi dua negara terhadap konflik Palestina, sebuah inisiatif yang gagal membuahkan hasil setelah hampir tiga dekade.
Para demostran juga menuntut agar ekspor barang dari Yordania ke wilayah Israel dihentikan, sambil meneriakkan slogan-slogan yang mendukung gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Warga Yordania telah turun ke jalan selama beberapa hari terakhir untuk mengutuk kejahatan rezim di Jalur Gaza.
Pada hari Minggu, pengunjuk rasa pro-Palestina menyerukan agar kedutaan Israel ditutup.
BACA JUGA:Kapal Perang Rusia Masuki Laut Merah di Tengah Serangan Houthi ke Pendukung Israel
BACA JUGA:6 WNI ABK Kapal Korsel Tewas Tenggelam di Jepang, Kemlu Jelaskan Evakuasinya
Polisi anti huru hara Yordania menembakkan gas air mata untuk membubarkan ratusan demonstran yang berbaris menuju kedutaan rezim sebagai protes atas kejahatan perang pasukan Israel di Gaza.
“ Tidak ada kedutaan Zionis di tanah Yordania,” seru para pengunjuk rasa, dan menuntut pihak berwenang menutup kedutaan tersebut dan mengakhiri perjanjian damai tahun 1994 yang menormalisasi hubungan dengan Israel.
Plakat menyatakan "Amman-Gaza satu takdir", sementara poster lain menggambarkan juru bicara militer Hamas yang bertopeng, Abu Obaida, yang telah menjadi pahlawan rakyat bagi banyak orang di dunia Arab.
Kedutaan Besar Israel, tempat para pengunjuk rasa berkumpul selama lima hari berturut-turut, telah lama menjadi titik konflik ketika kekerasan meningkat antara warga Palestina dan Israel.