Asia adalah wilayah yang paling terkena dampak bencana iklim dan cuaca pada tahun 2023, menurut laporan yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Selasa lalu.
Banjir dan badai menjadi penyebab utama korban jiwa dan kerugian ekonomi.
Pihak berwenang menaikkan tingkat kewaspadaan tertinggi pada hari Selasa karena badai tidak menunjukkan tanda-tanda akan reda.
BACA JUGA:Kartika Putri Tanggapi Hujatan Netizen Soal Koleksi Tas Mahal, Sebut dari Hasil Kerja Keras
BACA JUGA:Hadiri Pameran Hannover Messe 2024, Indonesia Persembahkan Inovasi dan Kepemimpinan Industri
Rekaman dari seluruh Guangdong menunjukkan desa-desa, lahan pertanian dan kota-kota yang terendam banjir, serta jembatan yang runtuh dan kendaraan yang terapung.
Selain 110.000 orang yang telah dievakuasi, setidaknya 25.000 orang berada di tempat penampungan darurat.
Pada Guangzhou, pihak berwenang telah mencatat curah hujan kumulatif sebesar 609 mm pada bulan April sejauh ini, yang merupakan volume bulanan tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1959.
Aliran deras yang berkepanjangan telah melanda kawasan Pearl River Delta, pusat manufaktur dan salah satu kawasan terpadat di negara ini, selama hampir seminggu.
BACA JUGA:Yolla Yuliana Siap Mengikuti Jejak Megawati Hangestri, Try Out KOVO di Jeju Akhir April
Wilayah yang ditempati oleh 127 juta orang ini biasanya mengalami hujan lebat sekitar bulan September dan mengalami hujan badai dan banjir yang lebih intens serta lebih sering dalam beberapa tahun terakhir.
Badan Meteorologi Tiongkok mengatakan dalam sebuah laporan pada November lalu bahwa 72 stasiun cuaca nasional mencatat rekor curah hujan harian dan 346 stasiun memecahkan rekor bulanan selama musim banjir terakhir.