Pemerintah Rencanakan Pengembangan Teknologi Padi dari China, Pengamat Pertanian: Tidak Selalu Baik

Rabu 24-04-2024,10:35 WIB
Reporter : Ayu Novita
Editor : Reza Permana

JAKARTA, DISWAY.ID - Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori merespon rencana kunjungan Cina untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Menurutnya, rencana menghadirkan teknologi padi dari negara China untuk mengembangkan pertanian Indonesia tidak selalu jadi solusi baik, karena pasti membutuhkan adaptasi.

“Tidak selalu baik, pasti membutuhkan adaptasi, baik iklim atau cuaca, sifat tanah, dan hama penyakit,” ujar Khudori kepada Disway.Id pada Selasa, 23 April 2024.

BACA JUGA:Cak Imin Masih Berharap Hak Angket Pemilu Digulirkan

BACA JUGA:Polisi Kerahkan 4.266 Personel Jelang Penetapan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih di KPU RI

Khudori juga menjelaskan, proses adaptasi ini juga membutuhkan waktu yang tidak menentu serta bisa saja mengalami kegagalan.

“Proses adaptasi bisa lama bisa pendek dan tidak selalu berhasil, bisa juga mengalami kegagalan,” pungkasnya.

Selain itu, ia mencontohkan pengalaman Jusuf Kalla pada 2007 yang pernah kepincut benih hibrida China.

BACA JUGA:Jadwal Tayang Deadpool & Wolverine, Intip Poster Keren Persembahan Marvel Studios

BACA JUGA:Erick Thohir Sukses Lobi Heerenveen, Nathan 'On The Way' Terbang ke Piala Asia U-23 Qatar

Belakangan diketahui, setelah benih padi hibrida diimpor, lalu dibagikan kepada para petani sebagai bantuan, tetapi hasilnya tidak memuaskan.

“Ini menandakan, tidak mudah mengintroduksi sistem usaha tani, benih salah satunya. Pasti butuh inovasi tambahan. Misalnya Inovasi ketahanan penyakit,” pungkasnya.

Khudori mengungkapkan, masalah pertanian padi di Indonesia adalah usaha tani yang mahal, terutama untuk sewa lahan dan biaya tenaga kerja.

Hal ini membuat harga padi dan berat di Indonesia menjadi mahal.

BACA JUGA:Tarif KRL Segera Naik, Direktur Operasional PT KAI Commuter Angkat Bicara

Kategori :