Hingga memasuki tahun 1890-an, ada sebuah perusahaan kereta api bernama Staatsspoorwegen melakukan pembangunan jalur kereta serta beberapa stasiun, termasuk Stasiun Palmerah.
Tujuan dari pembangunan stasiun ini untuk meningkatkan mobilitas penumpang di wilayah Banten, tepatnya dari Batavia (Sekarang Jakarta) ke Rangkasbitung.
Adanya jalur transportasi kereta api ini menjadikan wilayah Palmerah makin ramai oleh penduduk. Tidak hanya itu, Palmerah juga menjadi tempat berdirinya bangunan dua vila megah miliki Andries Hartsinck, seorang pejabat tinggi VOC.
BACA JUGA:Penasaran Asal Usul Air di Toilet Kereta? KAI Bongkar Rahasianya
BACA JUGA:Ada Nama Kampung Kubang Lutung di Kota Serang, Ini Asal Usulnya
Satu vila Hartsinck terletak di Palmerah Selatan dan memiliki julukan Landhuis Djipang atau Landhuis Depan. Sementara, vila satunya lagi berada di Palmerah Barat yang disebut sebagai Landhuis Grogol.
Pada halaman depan vila Landhuis Djipang ada sebuah menara lonceng yang digunakan sebagai penanda awal dan akhir waktu kerja untuk para budak yang tinggal di barak dan terpisah dari tempat tinggal tuan tanah mereka.
Seiring berjalannya waktu sampai abad ke-20, vila Hartsinck ini telah mengalami banyak perubahan hingga menjadi tanah hunian untuk kawasan pemukiman yang padat.
Tetapi, lonceng ini masih bertahan dan tersimpan di sebuah menara beton di halaman kantor rukun warga.
Bangunan vila serta lonceng ini menjadi sebuah saksi sejarah dan asal usul dari wilayah perkantoran yang ramai dengan hiruk pikuk aktivitas perkantoran dan bisnis di Jakarta, yang dikenal dengan nama Palmerah.