BACA JUGA:Turunkan Angka Stunting, BKKBN Gandeng IDAI dan Blackmores Kampanyekan 'Peduli ASI Berkualitas'
Selain itu, metode ini juga lebih menghemat ruang penyimpanan ASI serta kenyamanan untuk ibu yang sering bepergian dengan tetap memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebelumnya menjelaskan bahwa teknik ini memiliki sejumlah risiko. Mulai potensi hilangnya zat aktif ASI hingga kontaminasi bakteri.
Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, tetapi penggunaan suhu yang tinggi saat proses pengeringan berdampak pada rasa dan kualitas ASI.
Metode ini juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya.
BACA JUGA:BKKBN Sebut Indonesia Jadi Negara Ketiga di Asia yang Banyak Alami Gejala Baby Blues
"Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI," tuturnya.
Namun, risiko kontaminasi menjadi ancaman tersendiri, terutama saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dried ASI sebelum dikonsumsi bayi.