Asal Usul dan Sejarah Rawa Buaya Jakarta: Kawasan yang Dipercaya Jadi Tempat Kumpulnya Banyak Buaya

Senin 20-05-2024,10:37 WIB
Reporter : Rury Pramesti
Editor : Rury Pramesti

Penamaan daerah ini diperkuat dengan adanya kebijaka Staatblad Nomor 84 Tahun 1862 yang isinya adalah upaya untuk pemusnahan harimau dan buaya di wilayah Rawa Buaya di era Hindia Belanda.

Tidak hanya itu, pemerintah pun juga turut memberikan insentif untuk siapa saja yang berhasil menangkap harimau belang kuning dengan 30 gulden, buaya kecil dengan satu gulden dan buaya yang memiliki panjang tiga meter atau lebih dengan tiga gulden.

 

Adapun Undang-Undang itu membuat sebagian penduduk yang tidak memiliki pekerjaan beralih menjadi pemburu harimau dan buaya.

Seiring berjalannya waktu, setelah pemberlakuan undang-undang ini, buaya yang ada di Rawa Buaya dan sepanjang Sungai Angke turut musnah dengan sendirinya.

Dalam versi lainnya yang disampaikan oleh Budayawan Betawi, yakni Ridwan Saidi menyebutkan bahwa Rawa Buaya adalah nama kampung di Pulau Luzon, Filipina yang merupakan pulau terbesar di negara tersebut.

Konon, ada seorang pendatang dari Filipina yang bermukim ke Nusantara, salah satunya Jakarta di akhir abad ke-5.

Pendatang tersebut akhirnya menetap dan berbaur dengan warga setempat. Semenjak itu, daerah yang dinamakan Marsh Buwaya dalam bahasa Filipina yang artinya Rawa Buaya.

 

Sementara itu, pada sejarah Rawa Buaya lainnya menyebutkan jika wilayah ini mempunyai tokoh agama yang tercukup terkenal, namanya Usman Perak.

Dari versi warga setempat Rawa Buaya dan Basmol, Usman Perak ini menetap di kedua wilayah tersebut dan mengajar ngaji.

Karena pengetahuan agamanya yang fasih dibanding ulama lain di kampung pinggir Jakarta pada masa itu, Usman Perak menjadi tokoh yang disegani di wilayah tersebut.

Kategori :