Banyak umat Islam Indonesia yang memperdebatkan pilihan antara ikut waktu Arab Saudi atau pemerintah Indonesia.
Sah Puasa Arafah Ikut Penetapan Arab Saudi Dibanding Pemerintah Indonesia?
Ustaz Adi Hidayat memberikan penjelasan terkait sah atau tidak puasa Arafah ikut penetapan Arab Saudi dibanding pemerintah Indonesia.
BACA JUGA:Amalan Gus Baha tentang Doa Khusus dan Puasa Arafah
BACA JUGA:Jamaah Haji Wajib Pakai Smart Card saat ke Arafah Muzdalifah dan Mina, Ini Alasannya
Dilansir YouTube Surau Kita, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa hari Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.
“Sebagian orang mengatakan shoum Arafah. kalua cuma disebutkan, Nabi mengatakan syiam Arafah, puasa Arafah,” kata Adi Hidayat.
“Arafah itu menunjuk pada momentumnya, ya momentum orang wukuf. Jadi, kalua bahasanya puasa Arafah maka nggak ada penafsiran,” imbuhnya.
Sehingga, jika merujuk pada satu ketentuan, maka semua umat Islam di seluruh dunia harus melaksanakan ibadah puasa Arafah bersamaan dengan orang wukuf.
“Jadi begitu di Saudi wukuf sekarang, kita ikut puasanya di hari itu. jelas ya, itu kalau tidak menggunakan ‘Yaum’,” tutur Ustaz Adi Hidayat.
BACA JUGA:Puasa Arafah 2024 Jatuh Pada Tanggal? Catat Jangan sampai Kelewatan
BACA JUGA:Kapan Mulai Puasa 10 Hari Pertama Dzulhijjah dan Puasa Arafah di Arab Saudi? Begini Penjelasannya
"Tapi kalau menggunakan 'Yaum', Yaum itu disebut 'Dzor fuzzaman, ya. Huruf yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan momentumnya, menunjuk pada waktu ya," sambungnya.
Yaum itu menunjuk pada waktu. Puasa Arafah ini dilakukan. Bukan mengikuti momentumnya, tetapi mengikuti waktunya.
Akan tetapi, Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan ketentuan lain terkait pelaksanaan puasa Arafah.
Jika satu tempat, satu daerah, dan satu negara sudah masuk ke tanggal 9 Dzulhijjah, sekalipun tidak sama dengan tempat orang wukuf sekarang di Arab Saudi, maka umat Islam sudah harus menunaikan puasa Arafah.