JAKARTA, DISWAY.ID-- ASEAN Dengue Day diperingati setiap tanggal 15 Juni.
Pada peringatan tahun ini, ditargetkan 0 kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) pada 2030 di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
BACA JUGA:Nyamuk Wolbachia Tetap Diklaim Bisa Turunkan Kasus DBD, Begini Cara Kerjanya
BACA JUGA:Nyamuk Wolbachia Akan Dilepas di Jakarta, Guru Besar FK UNAIR Ungkap Fakta Kesehatan
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa kasus DBD hingga April 2024 hampir mencapai 120 ribu.
Angka ini bahkan telah melampaui total kasus di tahun 2023 lalu yang tercatat sebanyak 114 ribu kasus.
Sedangkan kasus kematian pada tahun minggu ke-22 tahun 2024 ini tercatat 777 kasus, hampir menyusul jumlah kematian di tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 800 kasus.
Praktisi kesehatan dr. Ngabila Salama, MKM menjelaskan, peningkatan kasus DBD di Indonesia pada 2023 lalu merupakan dampak dari kemarau ekstrem panjang atau El Nino sepanjang Juli-November.
BACA JUGA:Dinkes DKI akan Sebarkan Nyamuk Ber-Wolbachia, Guna Kendalikan Kasus DBD di Jakarta
BACA JUGA:Masihkah Fogging Efektif Basmi Nyamuk DBD? Ini Penjelasan Kemenkes
Adapun tren kasus DBD semakin meningkat usai El Nino dan memasuki musim penghujan dengan pola yang sam dari tahun ke tahun.
"Akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun," jelas Ngabila dalam keterangannya, Sabtu, 15 Juni 2024.
Musim hujan sendiri juga menyebabkan peningkatan kelembapan udara sehingga nyamuk dengan mudah berkembang biak.
"Tetesan air hujan juga memudahkan telur menetas menjadi jentik. Selain itu juga kontainer berisi air bisa menjadi tempat berkembang biak jentik menjadi nyamuk," lanjutnya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mencegah penularan melalui nyamuk Aedes dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yakni menerapkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus dan vaksinasi.