Dia menyayangkan ketika seseorang menghabiskan banyak uang untuk berada di tempat suci namun malah sibuk melakukan live streaming atau foto selfie.
Sebagai contoh, Ustadz Adi Hidayat mencerminkan, "Sayangnya, seseorang mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk kemudian memegang kamera dengan tangan kanan di depan Ka'bah. Mereka seharusnya fokus pada melakukan thawaf daripada sibuk dengan hal-hal dunia seperti itu."
Di sisi lain, menurut Mudir ‘Amm Ma’had ‘Aliy Al-Aimmah Malang, KH Agus Hasan Bashori, membagikan momen ibadah haji atau umrah di media sosial dapat dianggap sebagai tindakan riya atau tidak, tergantung dari niat seseorang saat melakukannya.
Seperti yang disebutkan dalam hadis, "Setiap amal perbuatan tergantung dari niatnya."
Oleh karena itu, apakah seseorang berpahala atau berdosa tergantung pada niat baik atau buruk yang ada di hatinya saat melakukan aksinya.
Jika niat seseorang dalam membagikan momen ibadahnya di media sosial adalah untuk meraih pujian dan kesan baik dari orang lain, serta hanya mencari popularitas, maka ibadah tersebut dapat kehilangan nilai ketakwaan dan ibadah yang sebenarnya.
Akan tetapi jika niat seseorang adalah untuk memberikan motivasi dan semangat kepada orang lain, bahkan mungkin untuk berdakwah melalui media sosial, maka ia masih dapat mendapatkan pahala dari Allah atas ibadah tersebut