JAKARTA, DISWAY.ID - Indonesia harusnya sudah memasuki musim kemarau, tapi faktanya kok malah banyak wilayah yang justru kerap diguyur hujan?
Seharusnya musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Mei hingga Agustus tahun 2024 ini.
Namun, masih ada beberapa wilayah yang justru sebaliknya yakni lebih sering turun hujan deras daripada kemarau atau panas.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerangkan bahwa memang tidak semua wilayah secara serentak mengalami awal musim kemarau yang sama.
BACA JUGA:BNPB Ungkap Fenomena La Nina Picu Banjir hingga Tanah Longsor Juli 2024, Ini Wilayah yang Terdampak
BMKG juga mengatakan untuk saat ini anomali suhu muka laut masih memperlihatkan adanya kondisi netral yang akan diprediksi La Nina mulai masuk dari bulan Juli 2024 hingga September 2024.
Dengan adanya variabilitas iklim yang cukup tinggi di Indonesia maka kondisi curah hujan juga bakal berbeda di setiap wilayahnya.
"Variabilitas ini terjadi karena banyaknya pengendali iklim di wilayah kepulauan Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain ENSO, yakni El Nino dan La Nina, suhu muka laut, Indian Ocean Depole, monsun Asia atau Australia, variabilitas antarmusiman, dan gelombang atmosfer," kata Peneliti klimatologi di Pusat Informasi Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Robi Muharsyah saat diskusi daring pada Rabu, 26 Juni 2024.
Dari pantauan BMKG pada paruh kedua bulan Juni 2024 lalu, ada anomali suhu muka laut yang menunjukkan kondisi netral.
BACA JUGA:Hasil Indeks ENSO, BMKG Prediksi La Nina di Indonesia Mulai Juli-September 2024
Tandanya pada bulan Juni 2024 lalu tidak ada fenomena El Nino atau La Nina, tapi kondisi netral tersebut berpotensi akan berubah menjadi fenomena La Nina sejak bulan Juli hingga September 2024.
BNPB ungkap fenomena La Nina Picu Banjir hingga Tanah Longsor.-Rifki Kurniawan-Unsplash
La Nina merupakan kejadian anomali iklim global yang dicirikan dengan suhu permukaan laut yang lebih dingin dari normalnya di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur.
Peristiwa ini dapat memengaruhi pola iklim dan cuaca global, termasuk di Indonesia. Analisis menunjukkan bahwa La Nina dapat terjadi dalam interval beberapa tahun sekali dan bertahan selama beberapa bulan hingga dua tahun.
Pada Juni hingga Agustus, kemungkinan adanya La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.