"Ini tentu menjadi tugas kita semua. Kita harus menyiapkan generasi penerus bangsa yang sehat sejahtera," tuturnya.
Apalagi, lanjut Sofie, pemerintah menargetkan tahun 2045 mendatang Indonesia Emas dengan membangun generasi muda berkualitas.
BACA JUGA:BPH Migas Teken Kerjasama dengan Pemprov NTB dan Papua Barat Daya, Awasi BBM Subsidi Tepat Sasaran
BACA JUGA:PLN Sukses Layani Listrik Tanpa Kedip Selama Gelaran MXGP Seri 2 Lombok
Dalam hal ini, makanan yang masuk ke tubuh anak setiap harinya akan menjadi faktor penentu kesehatan.
Kendati demikian, pihaknya masih menemukan adanya pangan dengan bahan berbahaya di lingkungan sekolah.
"Dari sampling yang kita lakukan, biasanya masih di bawah 3 persen, kebanyakan menggunakan bahan-bahan seperti pewarna tekstil," ungkapnya.
Menurutnya, penggunaan bahan berbahaya pada makanan masih menjadi supply and demand karena tak jarang konsumen tertarik untuk membeli makanan dengan kriteria tertentu, seperti tampilan menarik yang dihasilkan pewarna tekstil.
"Jadi program prioritas nasional keamanan pangan BPOM ini supply and demand. Makanya ada kader dari pasar, komunitas pasar, kelurahan, rumah tangga, dan anak sekolah."
"Karena anak sekolah itu sebagai konsumen dan generasi penerus bangsa," tandasnya.